Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, Arif Budiman mengatakan, dokumen lengkap kawasan Geopark Merangin sudah diterima oleh UNESCO, serta Geopark Merangin sudah masuk dalam catatan UNESCO yang diusulkan menjadi warisan dunia yang terdaftar dan terakreditasi.
Salah satu strategi promosi dalam menunjang usulan kawasan Geopark Merangin terdaftar dalam UGG dilaksanakan kegiatan Geo Fun Rafting tahun 2021 yang dilaksanakan dari 1-4 Desember 2021 dan tahun ini diadakan festival Jangkat, mampu memecahkan rekor MURI dengan membakar Jaudah Massal.
Geolog Universitas Padjajaran Bandung, Mohamad Sapari Dwi Hadian menuturkan saat meneliti Geopark Merangin bersama Profesor Fauzi Hasibuan, ahli geologi tersohor, mengaku takjub melihat fenomena geologi di Merangin yang tak ditemukan di belahan dunia mana pun.
Baca juga: Temuan Fosil Dinosaurus Triceratops Terlengkap Ungkap Kehidupannya di Masa Lalu
Geopark Merangin kata Sapari, mempunyai keunikan tersendiri. Jambi Flora atau Geopark Merangin menyambung hingga ke Blok China.
Fosilisasi Geopark Merangin memakan waktu yang sangat panjang, berjuta-juta tahun. Sebagai perbandingan fosil flora di Cina Utara, sesuai kesimpulan para ahli, lebih muda dibanding Geopark Merangin.
Selain itu, yang unik lagi di Geopark Merangin, kata dia, ditemukan fosil botani berupa pohon Araucarioxylon. Fosil tersebut diperkirakan berumur Permian Awal.
Dia mengatakan ada tiga lokasi di dunia yang ditemukan pohon purba sejenis. Dibandingkan dengan keduanya itu kata Sapari, yang paling tua di Merangin.
Pohon Araucarioxylon berada di endapan laut dangkal. Tak jauh dari keberadan fosil Araucarioxylon itu merupakan kawasan endapan danau yang memiliki kandungan karbon.
Fosil pohon Araucarioxylon tercetak di bebatuan gunung api yang berisipan dengan laut dangkal. Geopark Merangin disebut Sapari, beberapa kali mengalami erupsi gunung api.
"Sistematika pengedapan paleoforest, di situ salah satu pulau muncul ada gunung api dan kemudian berada di sekitar laut dangkal, sehingga pohon fosil diakibatkan dari endapan letusan dari gunung api purba dan terawetkan," tutur Sapari.
Baca juga: Fosil Gading Gajah hingga Tanduk Banteng Purba Ditemukan di Hutan Nganjuk, Diekskavasi Tim Sangiran
Fosil-fosil yang banyak ditemukan di Geopark Merangin tersebut, merupakan sisa peninggalan periode Parem Awal-Jura Akhir (299-250 juta tahun lalu). Parem kata Sapari, adalah periodesasi bumi di masa Paleozoikum.
Parem akhir menuju peralian dikenal dengan Permian. Periode Permian, yakni antara 290 juta tahun yang lalu dikenal sebagai periode kepunahan.
Umur bumi diperkirakan 4,6 miliar tahun. Menukil dari Ensiklopedia Zaman Prasejarah, periode geologi pembentukan bumi dalam lima periode masa: Arkeozikum (4,5-2,5 miliar tahun), Proterozoikum (2,5 miliar-550 juta tahun), Paleozoikum (590-250 juta tahun), Mesozoikum (250-65 juta tahun), Kenozoikum (65 juta tahun-sekarang).
Di Geopark Merangin, Sapari menjelaskan, ada tiga formasi geologi. Yang pertama disebut Formasi Mengkarang.
Pada formasi ini terdapat sisipan batu gamping dan endapan batu bara. Hal ini merupakan transisi laut dangkal dengan daratan.
Kemudian di Formasi Teluk Wang dapat ditemui beberapa jenis batuan berpasir ter-metaforkan (kuarsit), granit, konfigurasi aliran, lavakuno, breksi, konglomerat dan batu lempung hitam.
Selain itu, ada pula Formasi Palepat. Formasi ini kata Sapari, tersusun dari lava andesit.
"Data ini saya temukan dari bukunya Tobler tahun 1935," ujar Sapari.
Keberadaan Geopark Merangin menurut Sapari, adalah kekayaan alam yang patut dilestarikan. Selain sebagai destinasi wisata unggulan, Geopark Merangin menjadi ladang riset untuk mempelajari evolusi bumi.