NUNUKAN, KOMPAS.com – Anjloknya harga tandan buah sawit (TBS) secara nasional, menjadi keresahan yang dirasakan juga oleh para petani kelapa sawit di perbatasan RI–Malaysia.
Sejumlah petani kelapa sawit yang tergabung dalam Kelompok Tani Mandiri Sebakis Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara inipun, nekat menembus hujan keluar kampung dan menyeberangi lautan, demi mengadu ke DPRD Nunukan.
Martadita, salah seorang anggota kelompok tani perkebunan kelapa sawit Sebakis, memohon agar pemerintah daerah bisa mencari jalan supaya hasil panen mereka bisa dijual ke Malaysia.
"Dengan harga Rp 500 per kilogram, beraspun tidak bisa kami beli. Harga pupuk mahal, harga racun tinggi, kalau Indonesia begini, bolehkah kami jual TBS ke Malaysia," tanya dia, dalam rapat yang digelar di gedung DPRD Nunukan, pada Jumat (1/7/2022).
Baca juga: Dua WNI di Ladang Sawit Malaysia Jadi Korban Pembunuhan Warga Negara Filipina
Martadita sebagai seorang ibu, mengeluhkan kebutuhan warga pedalaman yang baru saja mencoba berdaya setelah terdampak pandemi Covid-19.
"Bagaimana kami bertani kalau kondisinya begini, anak sekolah butuh uang, bisa bisa mereka tidak lanjut sekolah kalau begini terus," imbuh dia.
Ketua Kelompok Tani Sebakis, Sahir Tamrin, mengatakan, sebagai petani mandiri, mereka sering terabaikan.
Bahkan, dua pabrik kelapa sawit (PKS) terdekat di Sebakis, menolak membeli atau menerima hasil panen para petani tersebut.
Akibatnya, mereka menjual TBS ke perusahaan lain yang lokasinya lumayan jauh, namun harus membayar ongkos Kapal LCT Rp 600.000 per ton.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.