BENGKULU, KOMPAS.com- Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Bengkulu merangkak naik di pabrik beberapa hari terakhir.
Belum diketahui ada atau tidak hubungannya kenaikan itu usai rapat Bupati Bengkulu Utara, Mian, dengan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Jumat (24/6/2022).
Rekaman video pertemuan itu yang menampilkan Mian sedang bersuara keras beredar di media sosial.
Baca juga: Tolak Kebun Teh Sidamanik Ditanami Sawit, Warga Hentikan Operasi Alat Berat dan Ancam Tutup Jalan
Andaru Pranata, anggota DPRD Provinsi Bengkulu sekaligus anak Mian, membenarkan adanya rapat tersebut.
Bahkan Andaru menyebutkan hasil rapat itu perlahan harga kelapa sawit di daerah itu perlahan naik.
"Alhamdulillah sekarang harga sawit setelah meeting zoom dengan Luhut Binsar Panjaitan kemaren sudah naik, tapi memang belum maksimal. Sebelumnya harga Rp 800 per kilogram sekarang menjadi Rp 1.300 di pabrik," sebut Andaru saat dihubungi.
Kenaikan harga juga diakui Beni warga Bengkulu Utara. Menurutnya, harga TBS di pabrik sudah menyentuh Rp 1.230 per kilogram.
Baca juga: Saat Bupati Bengkulu Utara Ngamuk di Depan Menteri Luhut Soal Sawit...
Namun harga di petani melalui tauke masih berkisar Rp 1000 hingga Rp 1.100 per kilogram.
"Sekitar seminggu lalu harga sawit dibeli tauke sempat menyentuh Rp 450 per kilogram. Namun sekarang seiring harga pabrik naik maka harga di tauke juga naik hingga Rp 1.000 per kilogram," kata Beni.
Sementara itu harga sawit di Kabupaten Seluma juga menyentuh harga Rp 1.200 di pabrik.
Di Kabupaten Mukomuko harga sawit mulai merangkak naik menjadi Rp 1.100 hingga Rp 1.200 di pabrik dari harga sebelumnya berkisar Rp 600 hingga Rp 900 per kilogram.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Dan Holtikultura Perkebunan Provinsi Bengkulu Ricky Gunarwan menyebutkan, situasi harga kelapa sawit sekarang serba sulit.
Kini pabrik kesulitan menjual crude palm oil (CPO) karena tangki penampungan sudah penuh, sedangkan CPO belum mendapatkan pembeli.
"Belum ada pembeli CPO di pabrik sehingga mereka tidak siap lagi menampung TBS petani. Langkahnya ada di pemerintah pusat permudah eksport CPO jangn berbelit-belit, " ujar Ricky.
Baca juga: Tak Ada Kapal Pengangkut, Harga Sawit di Bangka Belitung Anjlok
Ricky menyebutkan, pemerintah hanya bisa mengimbau dan menegur pabrik mematuhi harga yang sudah ditetapkan pemerintah.
"Kalau kondisi normal, pabrik tidak patuh kita bisa tegakkan sesuai Permentan nomor 1 tahun 2022 sampai pencabutan izin. Tapi sekarang kondisi tidak normal pabrik masih membeli TBS saja sudah sangat kita syukurin," demikian Ricky.
Sebelumnya, sejumlah pabrik pengolahan CPO menolak membeli buah kepala sawit dari petani karena tangki penampungan penuh.
Hal ini terjadi karena pabrik belum mendapatkan pembeli untuk ekspor CPO.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.