Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Bupati Bengkulu Utara "Marah" di Depan Luhut, Harga Sawit Berangsur Naik

Kompas.com - 28/06/2022, 18:45 WIB
Firmansyah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com- Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Bengkulu merangkak naik di pabrik beberapa hari terakhir.

Belum diketahui ada atau tidak hubungannya kenaikan itu usai rapat Bupati Bengkulu Utara, Mian, dengan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Jumat (24/6/2022). 

Rekaman video pertemuan itu yang menampilkan Mian sedang bersuara keras beredar di media sosial.

Baca juga: Tolak Kebun Teh Sidamanik Ditanami Sawit, Warga Hentikan Operasi Alat Berat dan Ancam Tutup Jalan

Andaru Pranata, anggota DPRD Provinsi Bengkulu sekaligus anak Mian, membenarkan adanya rapat tersebut.

Bahkan Andaru menyebutkan hasil rapat itu perlahan harga kelapa sawit di daerah itu perlahan naik.

"Alhamdulillah sekarang harga sawit setelah meeting zoom dengan Luhut Binsar Panjaitan kemaren sudah naik, tapi memang belum maksimal. Sebelumnya harga Rp 800 per kilogram sekarang menjadi Rp 1.300 di pabrik," sebut Andaru saat dihubungi.

Kenaikan harga juga diakui Beni warga Bengkulu Utara. Menurutnya, harga TBS di pabrik sudah menyentuh Rp 1.230 per kilogram.

Baca juga: Saat Bupati Bengkulu Utara Ngamuk di Depan Menteri Luhut Soal Sawit...

Namun harga di petani melalui tauke masih berkisar Rp 1000 hingga Rp 1.100 per kilogram.

"Sekitar seminggu lalu harga sawit dibeli tauke sempat menyentuh Rp 450 per kilogram. Namun sekarang seiring harga pabrik naik maka harga di tauke juga naik hingga Rp 1.000 per kilogram," kata Beni.

Sementara itu harga sawit di Kabupaten Seluma juga menyentuh harga Rp 1.200 di pabrik.

Di Kabupaten Mukomuko harga sawit mulai merangkak naik menjadi Rp 1.100 hingga Rp 1.200 di pabrik dari harga sebelumnya berkisar Rp 600 hingga Rp 900 per kilogram.

 

Situasi serba sulit

Kepala Dinas Tanaman Pangan Dan Holtikultura Perkebunan Provinsi Bengkulu Ricky Gunarwan menyebutkan, situasi harga kelapa sawit sekarang serba sulit.

Kini pabrik kesulitan menjual crude palm oil (CPO) karena tangki penampungan sudah penuh, sedangkan CPO belum mendapatkan pembeli.

"Belum ada pembeli CPO di pabrik sehingga mereka tidak siap lagi menampung TBS petani. Langkahnya ada di pemerintah pusat permudah eksport CPO jangn berbelit-belit, " ujar Ricky.

Baca juga: Tak Ada Kapal Pengangkut, Harga Sawit di Bangka Belitung Anjlok

Ricky menyebutkan, pemerintah hanya bisa mengimbau dan menegur pabrik mematuhi harga yang sudah ditetapkan pemerintah.

"Kalau kondisi normal, pabrik tidak patuh kita bisa tegakkan sesuai Permentan nomor 1 tahun 2022 sampai pencabutan izin. Tapi sekarang kondisi tidak normal pabrik masih membeli TBS saja sudah sangat kita syukurin," demikian Ricky.

Sebelumnya, sejumlah pabrik pengolahan CPO menolak membeli buah kepala sawit dari petani karena tangki penampungan penuh.

Hal ini terjadi karena pabrik belum mendapatkan pembeli untuk ekspor CPO.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

Regional
Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Regional
Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Regional
Pengantin Wanita Tak Datang di Pernikahan, Pria di Lamongan Rugi Rp 24 Juta, Kenal di Medsos

Pengantin Wanita Tak Datang di Pernikahan, Pria di Lamongan Rugi Rp 24 Juta, Kenal di Medsos

Regional
Sempat Tertutup Longsor, Jalur Ende-Wolotopo NTT Sudah Bisa Dilalui Kendaraan

Sempat Tertutup Longsor, Jalur Ende-Wolotopo NTT Sudah Bisa Dilalui Kendaraan

Regional
Kronologi Pembunuhan Wanita PSK di Kuta Bali, Korban Ditikam dan Dimasukkan dalam Koper

Kronologi Pembunuhan Wanita PSK di Kuta Bali, Korban Ditikam dan Dimasukkan dalam Koper

Regional
7 Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Daftar di PDI-P untuk Pilkada Pemalang

7 Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Daftar di PDI-P untuk Pilkada Pemalang

Regional
Kades Terdakwa Kasus Pemerkosaan di Mamuju Divonis Bebas, Kejari Ajukan Kasasi

Kades Terdakwa Kasus Pemerkosaan di Mamuju Divonis Bebas, Kejari Ajukan Kasasi

Regional
Kakak Angkat di Ambon Bantah Telantarkan Adik di Indekos

Kakak Angkat di Ambon Bantah Telantarkan Adik di Indekos

Regional
7 Pria Perkosa Anak di Bawah Umur di Bangka, 5 Pelaku Masih Buron

7 Pria Perkosa Anak di Bawah Umur di Bangka, 5 Pelaku Masih Buron

Regional
Ibu dan Anak di Ende Tertimpa Material Longsor, 1 Tewas

Ibu dan Anak di Ende Tertimpa Material Longsor, 1 Tewas

Regional
Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Sebelum Mutilasi Istrinya, Tarsum Sempat Titipkan Anak dan Ingin Merantau ke Kalimantan

Sebelum Mutilasi Istrinya, Tarsum Sempat Titipkan Anak dan Ingin Merantau ke Kalimantan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com