Lantaran tak bisa mencari uang di tempat jauh, Herman dan nenek Rosa pun hidup apa adanya.
Saat ada uang, hasil kerja serabutan, mereka bisa beli beras. Saat tak ada beras, keduanya hanya mengonsumsi pisang dan ubi kayu.
"Seringkali rebus ubi dan pisang saja. Supaya kencang, saya buatkan sayur. Sayur juga tidak pernah yang namanya pakai minyak goreng. Mau beli minyak goreng, uang dari mana. Intinya kami bisa kenyang dan badan sehat," ungkap Herman.
Baca juga: Warga Lamatokan NTT Dikabarkan Berhamburan karena Erupsi Ile Lewotolok, Kades: Itu Tidak Benar
Herman mengaku, meski dia dan ibunya hidup dalam serba kekurangan, tetapi bantuan sosial (Bansos) seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Sembako tidak pernah menyasar keluarga mereka.
"Paling yang dapat ini Bantuan Langsung Tunai (BLT) Covid-19 dari desa. Untuk dari Pemerintah Kabupaten dan Pusat sama sekali belum pernah. Tidak tahu juga apa alasannya," ujarnya.
Ia pun berharap, pemerintah bisa membuka mata dengan kondisi keluarganya. Apalagi, kini sang ibu, sudah sakit-sakitan.
Baca juga: Diduga Ngebut hingga Tergelincir, 2 Warga di Manggarai NTT Tewas dalam Kecelakaan
Herman dan nenek Rosalia mengaku sangat merindukan penerangan listrik. Apalagi sudah hampir dua tahun listrik negara sudah masuk di kampung itu.
"Yang kami sangat butuh sekarang ini listrik. Jujur, kami sangat merindukan itu. Mau beli uang dari mana. Untuk makan saja kami ini susah," ungkap Herman.
Herman berharap ada orang baik yang bisa membantu mereka.
"Biar meteran kecil saja. Intinya rumah kami tidak gelap gulita setiap malam," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.