Untuk kategori bendera bayi, warna kuning bagi bayi yang tidak datang di posyandu untuk diimunisasi, dan warna ungu untuk balita dengan status gizi kurang.
Asruddin mengatakan, bendera Saskia merupakan salah satu upaya rekayasa sosial untuk penyadartahuan pentingnya lingkungan sekitar mengenali angota masyarakat yang sedang mengandung (hamil), atau sedang memiliki bayi, atau balita. "Dilengkapi dengan penanda yang menunjukkan statusnya, agar semuanya siaga dah mengetahui," kata Asruddin.
Jika di tempat lain ada yang disebut suami siaga untuk istrinya yang sedang hamil, di daerah yang sudah menerapkan Bendera Saskia yang siaga tak hanya suami tapi semua masyarakat. "Tetangga sekitar akan bantu jika ibu hamil membutuhkan kendaraan ke puskesmas. Atau tetangga bisa bantu makanan untuk bagi ibu hamil agar pertumbuhan bayinya tak kekurangan gizi." kata Asruddin.
Tetangga sekitar juga harus malu jika ada bendera yang menandakan ada anggota masyarakatnya kurang gizi. Bagi ibu yang jarang membawa anaknya ke Posyandu, tetangga atau Ketua RT setempat juga bisa mengingatkan ibu yang memiliki bayi untuk datang ke Posyandu. "Jadi, bendera ini tak hanya berguna sebagai penanda bagi petugas kesehatan, tapi secara sosial juga bermanfaat untuk mendorong kepekaan dan kepedulian warga sekitar," kata Asruddin.
Dikutip dari akun Youtube Fn Channel, Kepala Puskesmas Sinoa yang juga sang innovator, Iwan Setiawan, mengatakan, ada lima hal yang melatarbelakangi lahirnya Bendera Saskia.
Pertama, masih banyaknya persalinan yang ditolong dukun beranak. Kedua, status kesehatan ibu dan anak yang masih kurang. Ketiga, adanya bayi yang tak diimunisasi dasar lengkap. Keempat, kurangnya kepedulian warga setempat di bidang sasaran kesehatan anak. Kelima, petugas kesehatan kesulitan mencari lokasi sasaran ibu dan anak.
Saat ini, Bendera Saskia juga dikembangkan dalam bentuk aplikasi di ponsel Android dengan nama e-Saskia. Aplikasi ini lebih memudahkan petugas kesehatan dan warga sekitar untuk memantau status kesehatan ibu hamil, bayi, dan balita.
Inovasi Bendera Saskia merupakan salah satu inovasi model Bantaeng yang terlihat sedehana namun memiliki manfaat yang efektif dan memiliki dampak langsung. Masih senafas dengan Bendera Saskia, Bantaeng juga memiliki inovasi sederhana lainnya yang mudah diimplementasikan yaitu program baju seragam gratis untuk anak sekolah dasar dan bantuan modal untuk tingkat RT/RW.
Baju seragam gratis untuk anak SD menargetkan penyerapan tenaga lokal karena semua proses pengadaan dan penjahitan baju harus dilakukan tenaga lokal. Bantuan modal menargetkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah untuk membangkitkan ekonomi lokal.
Program itu sudah dirancang sebelum pandemi yang menargetkan ketangguhan ekonomi rakyat kecil. Saat pandemi, program itu secara kebetulan ikut berkontribusi mengerem laju penuruhan pertumbuhan ekonomi, bahkan bisa berbalik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi akar rumput. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi Bantaeng selama pandemi tidak pernah minus.
Dampak dari kebijakan sederhana itu, salah satunya berkontribusi membuat Bantaeng menjadi kabupaten yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sulawesi Selatan. Pertumbuhan ekonomi Sulsel 2021 sendiri 4,65 persen. "Pertumbuhan ekonomi Bantaeng di 2021 ini mencapai 8,86 persen, di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi maupun nasional," kata Ilham.
Angka pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2021 adalah 3,69 persen. Pertumbuhan ekonomi Bantaeng tersebut terbilang istimewa dan dinilai mengejutkan banyak pihak mengingat saat pandemi Covid-19, semua daerah terkena dampak serius yang tak terelakkan.
Angka 8,65 persen naik drastis dibanding pertumbuhan ekonomi Bantaeng pada 2020 yang hanya 0,52 persen. Angka ini terlihat rendah, namun masih tetap positif. Sementara, pertumbuhah ekonomi nasional tahun 2020 sendiri minus 2,07 persen, sedangkan untuk provinsi Sulawesi Selatan minus 0,7 persen.
Bangkitnya pertumbuhan ekonomi itu ditopang antara lain oleh sektor pertanian dan perkebunan.
Video terkait Bendera Saskia bisa ditonton di bawah ini:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.