KOMPAS.com - Grup Kasidah Nasida Ria asal Semarang tampil di acara Documenta Fifteen di Kessel, Jerman, pada 18 Juni 2022.
Mereka tampil kompak dengan seragam warna kuning dan hitam.
Dari video yang beredar, terekam para penonton terlihat menikmati dan asyik berjoget saat Kasidah Nasida Ria tampil.
Dikutip dari BBC Indonesia, grup Kasidah Nasida Ria didirikan oleh salah satu pemuka agama Islam di Semarang yang bernama HM Zain tahun 1975.
Saat itu ia mengajak para muridnya untuk bermusik di asrama miliknya di kawasan Kauman Mustaram No 58, Semarang.
Baca juga: Kasidah Nasida Ria Tampil di Kassel Jerman, Para Penonton Ikut Berjoget
Nama Nasida Ria dipilih yang berasal dari gabungan kata "Nasida" atau nyanyian serta "Ria" alias gembira.
"Harapannya agar kami bisa berdakwah lewat musik dengan penuh kegembiraan," kata Rien Djamain, pemegang gitar bas di Nasida Ria.
Grup musik kasidah yang beranggotakan 11 personel dari generasi satu hingga tiga masih eksis dan sanggup menembus batas dengan teknologi digital.
Bahkan, mereka tampil secara virtual dari studio Nasida Ria di Gunungpati, Semarang, khusus digelar untuk merayakan "45 Tahun Nasida Ria Berkarya" pada tahun 2020.
Mereka adalah Rien Djamain (bass gitar), Afuwah (kendang), Nadhiroh (biola), Nurhayati (biola), Sofiatun (keyboard), Hamidah (seruling), Nurjanah (gitar), Uswatun Hasanah (gitar), Titik Mukaromah (gitar), Siti Romnah (piano), dan Thowiyah (kendang).
Baca juga: ezzurA, Kumpulan Anak Muda Semarang Penerus Nasida Ria yang Melegenda
HM Zain adalah penyuka musik. Ia juga mengoleksi lagu-lagu Umi Kalsum yang populer saat itu. Awalnya anggota Nasida Ria hanya sembilan orang yang semunya adalah perempuan.
"Pagi masak, lalu mengaji. Setelah waktu luang baru latihan. Waktu itu masih polos umur 15 tahun. Niat awal mengaji, karena bapak kreatif luar biasa. Dia mencari bibit-bibit yang bersuara bagus. Awalnya personel sembilan orang sesuai jumlah huruf Nasida Ria," kata pembetot bass gitar di Nasida Ria.
Hal senada juga disampaikan Afuwah, personel generasi kedua.
"Pak Zain mengajar tilawah di Gunungpati, saya muridnya. Banyak belajar tentang agama. Kalau ingin gabung Nasida Ria, mendaftar di Kauman. Alhamdulillah diterima," imbuh Afuwah.
Baca juga: Mengenal Nasida Ria, Grup Kasidah Lokal yang Mendunia
Kala itu, mereka memainkan lagu bahasa Arab dengan iringan rebana. Lalu, mereka memainkan alat musik keyboard dan gitar setelah mendapatkan alat hibah.
Zain pun mengembangkan kelompok tersebut hingga anggotanya bisa bermain drum, kendang, seruling, biola, dan tamborin.
Namun, dengan jalannya wkatu, drum tidak dimainkan dan diganti dengan biola yang menjadi ciri khas Nasida Ria.
"Dulu alat musik semua dipegang. Semua mulai dari nol, kita dipanggilkan guru. Kemudian berkembang dikasih not balok, bisa dan latihan sendiri. 40 tahun saya nge-bass gitar," kenang Rien, satu-satunya personel generasi pertama yang masih bertahan.
Baca juga: Synchronize Fest 2018 Hadirkan Nasida Ria dan Rhoma Irama
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.