Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Grup Kasidah Nasida Ria yang Tampil di Jerman, Didirikan Tahun 1975 dan Punya 400 Lagu

Kompas.com - 21/06/2022, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Grup Kasidah Nasida Ria asal Semarang tampil di acara Documenta Fifteen di Kessel, Jerman, pada 18 Juni 2022.

Mereka tampil kompak dengan seragam warna kuning dan hitam.

Dari video yang beredar, terekam para penonton terlihat menikmati dan asyik berjoget saat Kasidah Nasida Ria tampil.

Dikutip dari BBC Indonesia, grup Kasidah Nasida Ria didirikan oleh salah satu pemuka agama Islam di Semarang yang bernama HM Zain tahun 1975.

Saat itu ia mengajak para muridnya untuk bermusik di asrama miliknya di kawasan Kauman Mustaram No 58, Semarang.

Baca juga: Kasidah Nasida Ria Tampil di Kassel Jerman, Para Penonton Ikut Berjoget

Nama Nasida Ria dipilih yang berasal dari gabungan kata "Nasida" atau nyanyian serta "Ria" alias gembira.

"Harapannya agar kami bisa berdakwah lewat musik dengan penuh kegembiraan," kata Rien Djamain, pemegang gitar bas di Nasida Ria.

Grup musik kasidah yang beranggotakan 11 personel dari generasi satu hingga tiga masih eksis dan sanggup menembus batas dengan teknologi digital.

Bahkan, mereka tampil secara virtual dari studio Nasida Ria di Gunungpati, Semarang, khusus digelar untuk merayakan "45 Tahun Nasida Ria Berkarya" pada tahun 2020.

Mereka adalah Rien Djamain (bass gitar), Afuwah (kendang), Nadhiroh (biola), Nurhayati (biola), Sofiatun (keyboard), Hamidah (seruling), Nurjanah (gitar), Uswatun Hasanah (gitar), Titik Mukaromah (gitar), Siti Romnah (piano), dan Thowiyah (kendang).

Baca juga: ezzurA, Kumpulan Anak Muda Semarang Penerus Nasida Ria yang Melegenda

Empat dekade membawakan lagu-lagu kasidah, grup legendaris Nasida Ria asal Semarang, Jawa Tengah berupaya untuk tetap eksis di blantika musik Indonesia. NASida Ria Empat dekade membawakan lagu-lagu kasidah, grup legendaris Nasida Ria asal Semarang, Jawa Tengah berupaya untuk tetap eksis di blantika musik Indonesia.
Rien Djamain bercerita, awalnya mereka datang ke HM Zain untuk mengaji. Namun, HM Zain mencarikan guru musik agar para muridnya tidak bosan belajar.

HM Zain adalah penyuka musik. Ia juga mengoleksi lagu-lagu Umi Kalsum yang populer saat itu. Awalnya anggota Nasida Ria hanya sembilan orang yang semunya adalah perempuan.

"Pagi masak, lalu mengaji. Setelah waktu luang baru latihan. Waktu itu masih polos umur 15 tahun. Niat awal mengaji, karena bapak kreatif luar biasa. Dia mencari bibit-bibit yang bersuara bagus. Awalnya personel sembilan orang sesuai jumlah huruf Nasida Ria," kata pembetot bass gitar di Nasida Ria.

Hal senada juga disampaikan Afuwah, personel generasi kedua.

"Pak Zain mengajar tilawah di Gunungpati, saya muridnya. Banyak belajar tentang agama. Kalau ingin gabung Nasida Ria, mendaftar di Kauman. Alhamdulillah diterima," imbuh Afuwah.

Baca juga: Mengenal Nasida Ria, Grup Kasidah Lokal yang Mendunia

Kala itu, mereka memainkan lagu bahasa Arab dengan iringan rebana. Lalu, mereka memainkan alat musik keyboard dan gitar setelah mendapatkan alat hibah.

Zain pun mengembangkan kelompok tersebut hingga anggotanya bisa bermain drum, kendang, seruling, biola, dan tamborin.

Namun, dengan jalannya wkatu, drum tidak dimainkan dan diganti dengan biola yang menjadi ciri khas Nasida Ria.

"Dulu alat musik semua dipegang. Semua mulai dari nol, kita dipanggilkan guru. Kemudian berkembang dikasih not balok, bisa dan latihan sendiri. 40 tahun saya nge-bass gitar," kenang Rien, satu-satunya personel generasi pertama yang masih bertahan.

Baca juga: Synchronize Fest 2018 Hadirkan Nasida Ria dan Rhoma Irama

 

Punya 400 lagu, kerap tampil di luar negeri

Grup musik kasidah, Nasida Ria, telah 45 tahun berkarya. Di masa pandemi, mereka tak lagi pentas di hadapan orang banyak, tapi beralih ke ranah virtual.NASida Ria Grup musik kasidah, Nasida Ria, telah 45 tahun berkarya. Di masa pandemi, mereka tak lagi pentas di hadapan orang banyak, tapi beralih ke ranah virtual.
Sementara itu dikutip dari jurnal Buku Biografi Visul Grup Kasidah Modern Nasida Ria, dijelaskan album pertama Nasida Ria bernama Alabaladil Mahbub dikeluarkan tahun 1978.

Saat itu HM Zain menerima tawaran kontrak dengan Ira Puspita Record. Dari Volume 1 hingga Volume 4, mereka lebih banyak menyanyikan lagu gambus berbahasa arab yang kental dengan nuansa Timur Tengah.

Dengan berjalannya waktu, K.H. Ahmad Buchori Masruri yang waktu itu menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah menyarankan kepada Zain untuk mengganti syair bahasa arab.

Ia pun membantu mengalihbahasakan syair bahasa Arab ke bahasa Indonesia.

Baca juga: Suara Terlalu Keras, Acara Musik di Kota Malang Tuai Polemik, Ini Kata Polisi

Popularitas Nasida Ria melejit berkat lagu berjudul Perdamaian di album kelima yang dirilis tahun 1980-an. Album ini sukses di pasaran dan menjadi tonggak kepopuleran Nasida Ria.

Kesuksesan berlanjut di album-album selanjutnya yang juga banyak melahirkan lagu hit. Sebut saja Palestina, Bom Nuklir, Jilbab Putih, Ratu Dunia, Indonesiaku, hingga Kota Santri.

Meskipun bernuansa Islam, Nasida Ria tidak hanya membawakan lagu-lagu shalawat dan nasihat-nasihat Islami saja, namun juga kritik sosial.

Dengan nada-nada yang mudah diingat dan pesan yang dapat dimengerti semua kalangan, Nasida Ria mulai menjadi primadona banyak orang.

Nuansa yang semarak dan ceria pun melekat pada diri Nasida Ria. Hal tersebut didukung dengan ciri khas mereka, kostum meriah dan penuh warna yang tetap berpedoman pada syariat islam ini menjadi identitas mereka.

Baca juga: Cerita di Balik Konser Musik Berujung Ricuh di Yogyakarta, Acara Ternyata Tak Kantongi Izin, Penyelenggara Terancam Tipiring

Dikembangkan Pak Zain dengan drum, kendang, seruling, biola dan tamborin. Setelah bisa memainkan biola, drum dihilangkan dan biola menjadi ciri khas Nasida Ria.NASida Ria Dikembangkan Pak Zain dengan drum, kendang, seruling, biola dan tamborin. Setelah bisa memainkan biola, drum dihilangkan dan biola menjadi ciri khas Nasida Ria.
Tahun 1988, Nasida Ria tampil di beberapa negara. Di antaranya Malaysia untuk memperingati 1 Muharram.

Mereka juga tampil di Berlin, Jerman di acara festival musik Islam internasional bernama Die Garten des Islam tahun 1994 dan di acara Festival Heimatklange tahun 1996.

Perjalanan mereka berjalan baik dan cenderung meningkat hingga tahun 2000-an.

Namun setelah gencarnya masuk berbagai aliran musik dari barat membuat nama Nasida Ria mulai hilang. Dinamika industri musik Indonesia yang terus bergerak, Nasida Ria mencoba untuk bertahan dan mulai bangkit.

Dengan lika-liku yang mereka alami sepanjang perjalanan karirnya, Nasida Ria membuktikan bahwa mereka mampu untuk terus bermusik dengan genre yang dimilikinya.

Baca juga: Polisi Sebut Konser Musik yang Ricuh di Yogyakarta Tak Kantongi Izin

Nama Nasida Ria kembali eksis setelah mereka menjadi salah satu bintang iklan televisi pada tahun 2016. Mereka kembali dikenal masyarakat.

Nasida Ria mulai merambah generasi muda. Dtahun 2016, komunitas ruangrupa (RURU) Jakarta kembali mengenalkan Nasida Ria kepada anak-anak muda dengan tampil di acara RRREC fest 2016.

Mereka juga tampil di Holy Market 2017, Syncronize Fest 2018 dan 2019.

Pada era 1980-1990-an, Nasida Ria sangat produktif. Dalam setahun mereka mampu merilis dua album berisi 20 lagu. Hingga tahun 2020, tercatat mereka sudah sudah menghasilkan sekitar 400 lagu dari 36 album.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Regional
Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Regional
Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Regional
Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Regional
Stok Vaksin Hewan Penular Rabies di Sikka Semakin Tipis

Stok Vaksin Hewan Penular Rabies di Sikka Semakin Tipis

Regional
BBWS Pemali Juana Ungkap Solusi Banjir Pantura Jateng: Harus Keluarkan Sedimen dan Perkuat Tanggul

BBWS Pemali Juana Ungkap Solusi Banjir Pantura Jateng: Harus Keluarkan Sedimen dan Perkuat Tanggul

Regional
Siswi SMA di Kupang Melahirkan, Bayi Disembunyikan dalam Koper

Siswi SMA di Kupang Melahirkan, Bayi Disembunyikan dalam Koper

Regional
9 Nelayan di Lombok Timur Ditangkap Terkait Dugaan Pengeboman Ikan

9 Nelayan di Lombok Timur Ditangkap Terkait Dugaan Pengeboman Ikan

Regional
Pengedar Narkoba Ditangkap di Semarang, Barang Bukti Sabu 1 Kg, Diduga Jaringan Fredy Pratama

Pengedar Narkoba Ditangkap di Semarang, Barang Bukti Sabu 1 Kg, Diduga Jaringan Fredy Pratama

Regional
Momen Mantan Gubernur NTB Ditanya soal Perselingkuhan dengan Istri Terdakwa saat Jadi Saksi Persidangan

Momen Mantan Gubernur NTB Ditanya soal Perselingkuhan dengan Istri Terdakwa saat Jadi Saksi Persidangan

Regional
Apple Mau Tanam Modal di Indonesia, Pemkot Tangerang Buka Peluang Investasi bagi Perusahaan Multinasional

Apple Mau Tanam Modal di Indonesia, Pemkot Tangerang Buka Peluang Investasi bagi Perusahaan Multinasional

Regional
Joget di Atas Motor, Empat Remaja di Mamuju Ditangkap Polisi

Joget di Atas Motor, Empat Remaja di Mamuju Ditangkap Polisi

Regional
Pembobol Kartu ATM di NTT Ternyata Oknum Satpam Rumah Sakit

Pembobol Kartu ATM di NTT Ternyata Oknum Satpam Rumah Sakit

Regional
Klaim Kantongi Restu SBY, Yophi Prabowo Positif Maju Pilbup Purworejo

Klaim Kantongi Restu SBY, Yophi Prabowo Positif Maju Pilbup Purworejo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com