Salin Artikel

Mengenal Grup Kasidah Nasida Ria yang Tampil di Jerman, Didirikan Tahun 1975 dan Punya 400 Lagu

Mereka tampil kompak dengan seragam warna kuning dan hitam.

Dari video yang beredar, terekam para penonton terlihat menikmati dan asyik berjoget saat Kasidah Nasida Ria tampil.

Dikutip dari BBC Indonesia, grup Kasidah Nasida Ria didirikan oleh salah satu pemuka agama Islam di Semarang yang bernama HM Zain tahun 1975.

Saat itu ia mengajak para muridnya untuk bermusik di asrama miliknya di kawasan Kauman Mustaram No 58, Semarang.

Nama Nasida Ria dipilih yang berasal dari gabungan kata "Nasida" atau nyanyian serta "Ria" alias gembira.

"Harapannya agar kami bisa berdakwah lewat musik dengan penuh kegembiraan," kata Rien Djamain, pemegang gitar bas di Nasida Ria.

Grup musik kasidah yang beranggotakan 11 personel dari generasi satu hingga tiga masih eksis dan sanggup menembus batas dengan teknologi digital.

Bahkan, mereka tampil secara virtual dari studio Nasida Ria di Gunungpati, Semarang, khusus digelar untuk merayakan "45 Tahun Nasida Ria Berkarya" pada tahun 2020.

Mereka adalah Rien Djamain (bass gitar), Afuwah (kendang), Nadhiroh (biola), Nurhayati (biola), Sofiatun (keyboard), Hamidah (seruling), Nurjanah (gitar), Uswatun Hasanah (gitar), Titik Mukaromah (gitar), Siti Romnah (piano), dan Thowiyah (kendang).

HM Zain adalah penyuka musik. Ia juga mengoleksi lagu-lagu Umi Kalsum yang populer saat itu. Awalnya anggota Nasida Ria hanya sembilan orang yang semunya adalah perempuan.

"Pagi masak, lalu mengaji. Setelah waktu luang baru latihan. Waktu itu masih polos umur 15 tahun. Niat awal mengaji, karena bapak kreatif luar biasa. Dia mencari bibit-bibit yang bersuara bagus. Awalnya personel sembilan orang sesuai jumlah huruf Nasida Ria," kata pembetot bass gitar di Nasida Ria.

Hal senada juga disampaikan Afuwah, personel generasi kedua.

"Pak Zain mengajar tilawah di Gunungpati, saya muridnya. Banyak belajar tentang agama. Kalau ingin gabung Nasida Ria, mendaftar di Kauman. Alhamdulillah diterima," imbuh Afuwah.

Zain pun mengembangkan kelompok tersebut hingga anggotanya bisa bermain drum, kendang, seruling, biola, dan tamborin.

Namun, dengan jalannya wkatu, drum tidak dimainkan dan diganti dengan biola yang menjadi ciri khas Nasida Ria.

"Dulu alat musik semua dipegang. Semua mulai dari nol, kita dipanggilkan guru. Kemudian berkembang dikasih not balok, bisa dan latihan sendiri. 40 tahun saya nge-bass gitar," kenang Rien, satu-satunya personel generasi pertama yang masih bertahan.

Saat itu HM Zain menerima tawaran kontrak dengan Ira Puspita Record. Dari Volume 1 hingga Volume 4, mereka lebih banyak menyanyikan lagu gambus berbahasa arab yang kental dengan nuansa Timur Tengah.

Dengan berjalannya waktu, K.H. Ahmad Buchori Masruri yang waktu itu menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah menyarankan kepada Zain untuk mengganti syair bahasa arab.

Ia pun membantu mengalihbahasakan syair bahasa Arab ke bahasa Indonesia.

Popularitas Nasida Ria melejit berkat lagu berjudul Perdamaian di album kelima yang dirilis tahun 1980-an. Album ini sukses di pasaran dan menjadi tonggak kepopuleran Nasida Ria.

Kesuksesan berlanjut di album-album selanjutnya yang juga banyak melahirkan lagu hit. Sebut saja Palestina, Bom Nuklir, Jilbab Putih, Ratu Dunia, Indonesiaku, hingga Kota Santri.

Meskipun bernuansa Islam, Nasida Ria tidak hanya membawakan lagu-lagu shalawat dan nasihat-nasihat Islami saja, namun juga kritik sosial.

Dengan nada-nada yang mudah diingat dan pesan yang dapat dimengerti semua kalangan, Nasida Ria mulai menjadi primadona banyak orang.

Nuansa yang semarak dan ceria pun melekat pada diri Nasida Ria. Hal tersebut didukung dengan ciri khas mereka, kostum meriah dan penuh warna yang tetap berpedoman pada syariat islam ini menjadi identitas mereka.

Mereka juga tampil di Berlin, Jerman di acara festival musik Islam internasional bernama Die Garten des Islam tahun 1994 dan di acara Festival Heimatklange tahun 1996.

Perjalanan mereka berjalan baik dan cenderung meningkat hingga tahun 2000-an.

Namun setelah gencarnya masuk berbagai aliran musik dari barat membuat nama Nasida Ria mulai hilang. Dinamika industri musik Indonesia yang terus bergerak, Nasida Ria mencoba untuk bertahan dan mulai bangkit.

Dengan lika-liku yang mereka alami sepanjang perjalanan karirnya, Nasida Ria membuktikan bahwa mereka mampu untuk terus bermusik dengan genre yang dimilikinya.

Nasida Ria mulai merambah generasi muda. Dtahun 2016, komunitas ruangrupa (RURU) Jakarta kembali mengenalkan Nasida Ria kepada anak-anak muda dengan tampil di acara RRREC fest 2016.

Mereka juga tampil di Holy Market 2017, Syncronize Fest 2018 dan 2019.

Pada era 1980-1990-an, Nasida Ria sangat produktif. Dalam setahun mereka mampu merilis dua album berisi 20 lagu. Hingga tahun 2020, tercatat mereka sudah sudah menghasilkan sekitar 400 lagu dari 36 album.

https://regional.kompas.com/read/2022/06/21/063600678/mengenal-grup-kasidah-nasida-ria-yang-tampil-di-jerman-didirikan-tahun-1975

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke