Dua kecamatan itu berbatasan langsung dengan Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
“Bisa terjadi (penularan PMK) karena ada aktifitas perdagangan wilayah Jawa Timur dan sekitarnya. Terlebih banyak ditemukan kasus PMK di wilayah Kabupaten Magetan,” jelas Jekek.
Jekek mengatakan sapi di Kabupaten Wonogiri banyak tertular dari wilayah Jawa Timur.
Baca juga: 3 Juta Dosis Vaksin Disiapkan Tangani Wabah PMK
Terlebih beberapa kecamatan di bumi gaplek berbatasan langsung dengan kabupaten di Jawa Timur.
“Pertama ditemukan kasus PMK di Jatim . Kami temukan PMK di Wonogiri, sapinya berasal dari Magetan dan Pacitan, Jawa Timur. Bukan murni dari Kabupaten Wonogiri. Dengan demikian, kemungkinan besar (penularannya) berasal dari wilayah berbatasan kita,” tutur Jekek.
Untuk itu perlu diberikan pemahaman terhadap tata niaganya. Jangan sampai tidak ada aspek kehati-hatian.
Pemkab Wonogiri membolehkan jual beli hewan ternak sepanjang disertai surat keterangan kesehatan hewan dari instansi berwenang.
“Selain itu, harus ada kebijakan integrasi lintas kabupaten. Namun sampai hari ini belum ada kesepakatan bersama antar kabupaten untuk penaganan kasus PMK. Apalagi kasus PMK bisa disembuhkan. Tinggal dilakukan dengan penanganan terpadu,” kata Jekek.
Baca juga: 42 Kasus PMK Ditemukan di Empat Wilayah Banten, Pengiriman Hewan Ternak dari Luar Daerah Diperketat
Menurut Jekek, Pemkab Wonogiri sejatinya sudah melakukan berbagai langkah agar jumlah kasus hewan ternak yang terjangkit PMK tidak bertambah.
Tindakan itu di antaranya menutup pasar hewan selama dua pekan, rapat koordinasi dengan seluruh kepala desa hingga menggelar tatap muka dengan seluruh pelaku usaha jual beli hewan ternak pekan lalu.
Terhadap penambahan jumlah kasus suspek PMK, Jekek menyatakan bisa jadi Pemkab Wonogiri memperpanjang waktu penutupan operasional pasar hewan di "Bumi Gaplek".