NUNUKAN, KOMPAS.com – Kepala Lembaga Pemasyaratan (Kalapas) Nunukan, Kalimantan Utara, I Wayan Nurasta Wibawa mengeluhkan lesunya penjualan produk para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).
Kondisi tersebut membuat modal usaha habis dan sejumlah produk hasil kerajinan para Narapidana terbiar.
Sementara untuk sayuran dan produk makanan, dikonsumsi sendiri oleh para penghuni Lapas Nunukan.
"Kita mengalami satu kondisi yang butuh perhatian serius. Kita butuh uluran tangan Pemda dan dukungan masyarakat. Banyak sekali produk WBP yang tidak laku dijual dan membuat modal usaha habis," ujarnya, Kamis (26/5/2022).
Baca juga: Napi Sering Upload Status di Medsos, Kalapas Nunukan Bangun Wartelsuspas
Selama ini, WBP Lapas Nunukan terus dibina dan diasah dalam hal kreativitas, dan bakat mereka.
Ada yang berpotensi menjadi pelukis dinding, seniman mural, perajin batik, perajin ukiran dan pemahat, serta tukang kayu dan bangunan.
Ada juga yang memiliki keahlian sebagai koki, pembuat tempe dan roti.
"Produk WBP cukup banyak, ada tempe, roti, hasil kebun seperti kangkung dan lainnya. Di bidang ternak ada sapi, ikan dan ayam. Sekarang bangkrut semua, selain karena Covid-19, minat beli masyarakat terhadap hasil WBP tidak ada. Itu yang butuh pemikiran bersama," lanjutnya.
Saat ini, bahkan ada sekitar 21.000 paving blok menumpuk dan sama sekali tidak ada yang berminat membeli.
Baca juga: Napi di Tanjungpinang Kendalikan Peredaran Narkoba dari Dalam Lapas Pakai Ponsel Pribadi
Keadaan tersebut bukan hanya berimbas pada masalah modal. Melainkan mempengaruhi semangat para WBP.
Padahal, kata Wayan, jika para WBP diberdayakan untuk hal positif, pola pikir mereka akan mengarah ke hal hal positif.
Sebaliknya, jika mereka dipaksa menganggur, poal pikir mereka ke arah negatif.
"Ini yang harus kita jaga, bagaimana tetap memberdayakan mereka dan membuat mereka memiliki kegiatan positif yang menghasilkan. Tapi keadaan kita dipaksa untuk menganggurkan napi," keluhnya.