PALEMBANG, KOMPAS.com - Pemerintah Sumatera Selatan mulai menetapkan siaga darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) seiring dengan peralihan musim.
Penetapan status siaga darurat karhutla ini diterbitkan dalam bentuk Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 292/BPBD-SS/2022 pada 19 April 2022 yang ditandangani Gubenur Sumatera Selatan, Herman Deru.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera, Ferdian Krisnanto mengatakan, dengan penetapan status siaga darurat ini, mereka langsung berupaya melakukan pencegahan.
Baca juga: Cerita Petugas Menginap 2 Malam di Hutan demi Padamkan Api Karhutla di Rokan Hulu
Salah satunya dengan menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) dan bentuk hujan buatan.
Teknologi ini, menurut Ferdian, sangat efektif untuk mencegah terjadinya karhutla, dimana seluruh daerah rawan yang didominasi gambut tetap basah meski memasuki musim kemarau.
“Kita juga mengisi embung-embung di sekitar lahan gambut agar kadar airnya dapat tetap terjaga,” ujar Ferdian, Rabu (11/5/2022).
Ferdian menjelaskan, air yang ada di setiap embung tak hanya menahan kondisi gambut tetap basah. Namun bila terjadi kebakaran, air itu dapat digunakan untuk pemadaman.
“Biasanya saat kemarau akan susah mendapatkan air di sekitar lahan gambut,” beber dia.
Dengan melakukan upaya TMC, 15 hari ke depan efek TMC pun dapat kembali meningkatkan curah hujan hingga 15 persen.
“Dari hasil evaluasi, kemungkinan TMC akan digunakan di daerah rawan karhutla lainnya, salah satunya Sumatera Selatan. Untuk kondisi saat ini, tinggi muka air di sejumlah kawasan rawan masih terbilang aman karena di sana beberapa kali diguyur hujan,” jelasnya.
Adapun daerah rawan terjadi karhutla adalah Kawasan Muara Medak, Kabupaten Musi Banyuasin yang berbatasan dengan Jambi, Cengal, dan Pangkalan Lampam.
Kemudian di Ogan Komering Ilir (OKI) serta Lintas Timur Sumatera Kabupaten Ogan Ilir.
“Langkah utama kami melakukan patroli dengan memantau ketinggian muka air kawasan lahan gambut,” jelasnya.
Baca juga: Razia di Jayapura, Polisi Sita Sajam hingga Atribut Bintang Kejora
Kepala Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Desindra Dedy Kurniawan menambahkan, cuaca di Sumatera Selatan saat ini masuk masa transisi.
Sejak Mei 2022, Sumatera Selatan memasuki musim kemarau. Ia memperkirakan, musim kemarau terus berlanjut sampai Juni 2022.
“Kepastian bahwa seluruh daerah di Sumsel sudah memasuki musim kemarau ditandai dengan menurunnya curah hujan dalam satu dasarian terakhir dan diikuti dua dasarian berikutnya. Kemungkinan puncak musim kemarau berlangsung September sampai Oktober 2022,” jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.