Sebelum tradisi kokor minse dilakukan, ada sejumlah bahan yang perlu disiapkan yaitu haju lunteng (kayu besar), cewe mese (kuali besar) atau wajan besar untuk merebus air enau, hendok mehe (sendok besar terbuat dari kayu) berbentuk lempeng untuk mengaduk di kuali.
Kemudian hendok mehe (sendok besar terbuat dari kayu yang berbentuk gayung) untuk mencetak gula, dan tempat cetakan gula yang biasanya berbentuk balok, berukuran panjang sekitar 10-15 sentimeter, dan lebar serta tebal sekitar 5-7 sentimeter.
Proses kokor minse dilakukan dengan membuat api di tungku (likang/sapo).
Kemudian meletakkan kuali atau wajan besar di atas tungku api, masukan minse ke dalam wajan besar agar dapat direbut dengan sempurna.
Selanjutnya memasukkan haju lunteng (kayu besar) ke dalam likang. Bahan dasar kayu, boleh kayu mentah dan dicampur dengan kayu kering.
"Biasanya kayu keras, agar arang dan lidah apinya bagus, dan diusahakan agar bara api (wara api) dan kete api (lidah api) bertahan lama sehingga proses masakkan minse (kokor minse) secara maksimal dan menghasilkan gula merah (gola malang) secara baik," jelasnya.
Baca juga: Fenomena Tanah Bergerak di Manggarai Barat, 1 Keluarga Terpaksa Mengungsi ke Kebun
Peniup api bebahan bambu bisa digunakan di sela proses memasak.
Jika keadaan gulanya masih berupa getah, berarti masakan belum sempurna. Oleh karena itu, sebelum air gula dituangkan ke cetakan, terlebih dahulu dites dengan mencelupkan sendok lempeng ke dalam kuali.
Kemudian dicelupkan ke air dingin dan dites dengan cara dijilat.
"Apabila masakkan minse sudah matang, maka air gula dicedok dengan sendok yang berbentuk gayung yang terbuat dari kayu untuk dituangkan ke dalam ke mal.Setelah gula dimasukkan ke dalam malang, maka dibiarkan dulu sampai kering dan membentuk hasil gula yang sempurna (gola malang)," jelasnya.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 8 Mei 2022