Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Penerima Vaksinasi Gotong Royong, Sulit Akses Booster hingga Ditolak Faskes Pemerintah

Kompas.com - 05/05/2022, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

 

'Terbelenggu oleh birokrasi'

Firdaus Ferdiansyah dari LaporCovid-19 mengatakan apa yang terjadi pada Kara, Anisa, dan suami Fia menunjukkan bahwa program Vaksinasi Gotong Royong "problematik dari segi perencanaan".

Program Vaksinasi Gotong Royong telah menuai kritik luas sejak awal dicetuskan, lantaran dianggap "menyerobot" antrean vaksinasi yang semestinya diatur berdasarkan skala prioritas penerimanya,

Namun dengan dalih "mempercepat" capaian target vaksinasi, program ini tetap dilaksanakan dengan syarat biaya vaksinasi untuk pekerja ditanggung oleh perusahaan.

Lantaran statusnya sebagai program berbayar, maka pelaksanaannya pun dipisahkan dengan program vaksinasi gratis yang diselenggarakan oleh pemerintah. Firdaus menuturkan itu lah yang membuat penerima vaksin gotong royong "terbelenggu oleh birokrasi".

Baca juga: Dari Program Vaksinasi Gotong Royong Berbayar, Dikritik WHO hingga Jokowi Batalkan

Inisiator dan penyelenggara Program Vaksinasi Gotong Royong terbukti tidak mengantisipasi pemenuhan hak bagi mereka yang mengundurkan diri dari perusahannya.

Selain itu, juga tidak ada regulasi yang mewajibkan perusahaan peserta program Vaksinasi Gotong Royong untuk menyelenggarakan dosis ketiga.

Sayangnya, tidak ada data yang menunjukkan berapa banyak orang yang mengalami hal serupa, namun Firdaus memperkirakan jumlahnya ada banyak.

"Misalnya ketika satu perusahaan punya 5.000 karyawan, ketika tidak ada kebijakan booster ya segitu banyak yang enggak bisa booster. Apalagi kebijakan perusahaan biasanya juga mengikuti keluarganya," kata Firdaus kepada BBC News Indonesia.

Baca juga: Rencana Vaksinasi Gotong Royong Berbayar yang Berakhir Pembatalan

"Banyak yang dirugikan dengan adanya kebijakan yang dari awal tidak disiapkan, dari awal problematik, dan tidak kunjung dihentikan."

"Ini sangat diskriminatif apabila pemerintah tidak ikut mengakomodir teman-teman vaksin gotong royong ini yang memiliki kendala dan keluhan," ujar dia.

Sulitnya akses itu pula lah, yang menurut Firdaus, memunculkan praktik jual beli vaksin Sinopharm seperti yang ditemui Fia.

Padahal, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2021 telah meniadakan ketentuan Vaksin Gotong Royong berbayar bagi individu.

Aturan itu menyatakan bahwa penerima vaksin Gotong Royong seharusnya tidak dipungut biaya. Biaya vaksinasi semestinya ditanggung oleh badan hukum/badan usaha, bukan oleh individu.

'Pemerintah tak boleh lepas tangan'

Pekerja memeriksa kondisi kontainer berisi vaksin COVID-19 Sinopharm setibanya di Terminal Cargo, Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (13/7/2021). Sebanyak 1,4 juta dosis vaksin Sinopharm tiba di Indonesia menggunakan pesawat Garuda Indonesia dan akan digunakan untuk kebutuhan vaksinasi Gotong Royong. ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.ANTARA FOTO/FAUZAN Pekerja memeriksa kondisi kontainer berisi vaksin COVID-19 Sinopharm setibanya di Terminal Cargo, Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (13/7/2021). Sebanyak 1,4 juta dosis vaksin Sinopharm tiba di Indonesia menggunakan pesawat Garuda Indonesia dan akan digunakan untuk kebutuhan vaksinasi Gotong Royong. ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.
Firdaus menyatakan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan "tak boleh lepas tangan" terhadap persoalan yang dihadapi oleh peserta program Vaksinasi Gotong Royong.

"Saya kira sudah saatnya Kemenkes untuk tidak lepas tangan, menutup mata dan harus punya perhatian."

"Bagaimana pun kan tanggung jawab pemerintah, negara, untuk memenuhi hak kesehatan masyarakat, dalam hal ini perlindungan untuk vaksin itu tetap ada," kata Firdaus.

Dia menyarankan pemerintah untuk meniadakan saja program vaksinasi Gotong Royong, sehingga seluruh penerimanya bisa dileburkan pada program vaksinasi pemerintah yang gratis. Dengan demikian, setiap orang memiliki hak yang sama.

Baca juga: Vaksinasi Berbayar Dibatalkan, Istana Tegaskan Vaksinasi Gotong-royong Tetap Ditanggung Perusahaan

Apalagi sejauh ini, vaksinasi Gotong Royong pun dianggap tidak cukup signifikan berkontribusi pada cakupan program vaksinasi secara umum.

Data progres vaksinasi di situs Kementerian Kesehatan yang diakses pada Senin (24/4) menunjukkan bahwa cakupan vaksinasi dosis kedua pada program Gotong Royong baru berkisar 1,1 juta atau 7,34% dari targetnya sebanyak 15 juta.

Cakupan vaksinasi booster-nya pun lebih kecil lagi, yakni baru mencapai sekitar 365.000 dosis atau 2,43%.

"Saya kira cukup lah dihentikan saja. Orang sudah ada vaksin program (gratis), vaksin kita juga berlimpah. Silakan diselesaikan yang belum selesai, tapi saya rasa enggak perlu dilanjutkan," tutur Firdaus.

Bagaimana respons pemerintah?

Protokol kesehatan dijalankan dengan ketat sebagai bentuk antisipasi dari risiko infeksi Covid-19. Salah satunya adalah pengukuran suhu tubuh kepada semua  rombongan Tim Kimia Farma saat tiba di Combo-Dock, sebelum melanjutkan perjalanan menuju area kegiatan Vaksinasi Gotong Royong. 
DOK. Kimia Farma Protokol kesehatan dijalankan dengan ketat sebagai bentuk antisipasi dari risiko infeksi Covid-19. Salah satunya adalah pengukuran suhu tubuh kepada semua rombongan Tim Kimia Farma saat tiba di Combo-Dock, sebelum melanjutkan perjalanan menuju area kegiatan Vaksinasi Gotong Royong.
Juru bicara PT Bio Farma, Bambang Heriyanto, mengklaim stok vaksin booster yang disediakan untuk Vaksinasi Gotong Royong sebetulnya mencukupi.

Saat ini, kata dia, ada sekitar tiga juta dosis vaksin yang disiapkan sebagai booster, sesuai dengan perkiraan kebutuhan berdasarkan jumlah dosis pertama dan dosis kedua yang telah disuntikkan sejauh ini.

Namun, Bambang mengakui bahwa banyak perusahaan tak lagi mendaftarkan diri untuk mengikuti program vaksinasi booster. Ini lah yang menyebabkan cakupan booster pada program Gotong Royong masih rendah, dan para pekerjanya kebingungan mencari akses.

"Kami kan punya data perusahaan yang ikut, kami invite lagi untuk ikut program vaksinasi booster, tapi kan pertimbangannya ada di perusahaan masing-masing, kami nggak bisa memaksa," kata Bambang kepada BBC News Indonesia.

Baca juga: 1.408.000 Dosis Vaksin Sinopharm Tiba di Indonesia untuk Dukung Vaksinasi Gotong Royong

Sebagai solusinya, Bambang mengatakan masyarakat yang tidak lagi bisa mengakses vaksin booster melalui jalur perusahaan untuk datang ke program yang diadakan oleh PT Bio Farma maupun PT Kimia Farma di sejumlah titik.

Sementara itu, Juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi mengatakan akan menunggu pengelola vaksin Sinopharm untuk bersinergi menyikapi pemberian dosis ketiga bagi peserta Vaksinasi Gotong Royong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Regional
Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Regional
4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

Regional
3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

Regional
Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Regional
Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Regional
Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Regional
Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Regional
Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Regional
Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Regional
Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Regional
Anggota OPM Pelaku Penyerangan Pos Kisor Serahkan Diri dan Kembali ke Pangkuan NKRI

Anggota OPM Pelaku Penyerangan Pos Kisor Serahkan Diri dan Kembali ke Pangkuan NKRI

Regional
Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Regional
PDAM Magelang Beri Diskon untuk Masyarakat Penghasilan Rendah, Catat Tanggalnya

PDAM Magelang Beri Diskon untuk Masyarakat Penghasilan Rendah, Catat Tanggalnya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com