Anak sekolah belajar daring
Kemunculan harimau itu benar-benar membuat warga takut dan resah.
Bahkan, anak-anak sekolah di kampung itu terpaksa belajar dari jarak jauh atau online.
"Sudah sepekan lebih anak SD dan SMP di sini belajar daring, karena kemunculan harimau itu. Padahal baru saja dibolehkan belajar tatap muka, sekarang daring lagi," kata Junaidi.
Dia menyebut, jaringan internet di desanya tak begitu bagus. Namun, kebijakan itu harus diambil untuk melindungi anak-anak dari hewan buas dilindungi itu.
"Kalau jaringan internet dibilang bagus enggak juga. Tapi kan namanya belajar daring pakai biaya beli paket," kata Junaidi.
Baca juga: Seorang Pria Tewas Mengenaskan, Diduga Diterkam Harimau Sumatera di Riau
Tak hanya itu, sebut dia, petani sempat diminta untuk menghentikan aktifitas di kebun selama tiga hari. Saat ini, warga harus beramai-ramai bekerja di kebun.
Pihaknya belum bisa memastikan sampai kapan anak-anak belajar daring akibat teror harimau sumatera itu.
Bakal dievakuasi
Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bersama TNI sudah dikerahkan untuk melakukan penanganan.
Petugas bakal menangkap dan mengevakuasi hewan buas yang dilindungi oleh Undang-Undang itu.
Junaidi menyebut, tim gabungan sudah memasang dua perangkap dengan umpan kambing untuk menangkap harimau.
Perangkap dipasang di areal 75 dan areal 69. Namun, kambing yang dijadikan umpan itu ditanggung oleh Junaidi.
"Umpan kambing kita sendiri yang beli pakai uang pribadi. Harganya Rp 700.000. Itu untuk perangkap yang di areal 75. Kalau umpan perangkap yang di areal 69, itu swadaya masyarakat beli kambing," sebut Junaidi.
Ia tak merasa keberatan menanggung biaya untuk membeli umpan demi mengatasi konflik satwa dengan warga.