Salin Artikel

Cerita Harimau Sumatera Teror Warga Bengkalis Riau: Harimaunya Tak Takut Manusia

PEKANBARU, KOMPAS.com - Harimau Sumatera meneror warga Desa Tasik Tebing Serai, Kecamatan Talang Muandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Kemunculan satwa dengan nama latin Panthera Tigris Sumatrae itu membuat warga takut. Bahkan kini warga tak berani sendiri beraktivitas di kebun sawit.

Kepala Desa Tasik Tebing Serai Junaidi Sinaga mengatakan, harimau sering muncul sejak sepuluh hari terakhir.

Jarak kemunculan harimau dari pemukiman penduduk sekitar satu sampai dua kilometer.

"Sudah sering muncul harimaunya. Saya pun nampak langsung. Menurut kami itu masih harimau yang sama yang sering muncul," akui Junaidi saat berbincang dengan Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (22/4/2022) malam.

Junaidi menjelaskan, di dalam kebun sawit itu, ada beberapa orang petani yang tinggal di pondok. Sejak kemunculan harimau, warga sudah tak berani bekerja sendiri.

Menurut Junaidi, harimau itu sudah tidak takut berjumpa dengan manusia.

Sebab, warga sudah sering melihatnya. Bahkan, pada Kamis (21/4/2021), sekitar pukul 00.30 WIB, harimau mendekati warga yang sedang memuat buah sawit di kebun.

Warga pun langsung masuk ke dalam mobil lalu kabur dari lokasi kerja.

"Ada warga yang sedang bekerja muat sawit didatangi harimau. Jaraknya sekitar dua meter. Harimau ini sudah tak takut nampak sama manusia. Kalau cerita orangtua kita dulu, harimau katanya tak mau bertemu manusia, karena dia akan sial," cerita Junaidi.

Ia mengaku heran dengan kemunculan tiba-tiba satwa langka yang dijuluki "Daruok" oleh warga Bumi Lancang Kuning ini.

"Saya sudah 20 tahun tinggal di Desa Tasik Tebing Serai ini belum pernah nampak harimau. Jangankan dia, jejaknya tak pernah jumpa. Tapi, sekarang malah sering muncul," ujar Junaidi.

Ia menyebut, warga melihat harimau itu muncul di perkebunan kelapa sawit di areal 75. Setelah itu, warga mendengar suara auman harimau di areal 69.

Namun, harimau juga sempat dilihat oleh warga di desa tetangga, yaitu Desa Malibur. Harimau saat itu sedang berada di emperan rumah warga di dalam kebun sawit.

"Memang harimaunya belum masuk kampung. Mudah-mudahan janganlah," harap Junaidi.

Anak sekolah belajar daring

Kemunculan harimau itu benar-benar membuat warga takut dan resah.

Bahkan, anak-anak sekolah di kampung itu terpaksa belajar dari jarak jauh atau online.

"Sudah sepekan lebih anak SD dan SMP di sini belajar daring, karena kemunculan harimau itu. Padahal baru saja dibolehkan belajar tatap muka, sekarang daring lagi," kata Junaidi.

Dia menyebut, jaringan internet di desanya tak begitu bagus. Namun, kebijakan itu harus diambil untuk melindungi anak-anak dari hewan buas dilindungi itu.

"Kalau jaringan internet dibilang bagus enggak juga. Tapi kan namanya belajar daring pakai biaya beli paket," kata Junaidi.

Tak hanya itu, sebut dia, petani sempat diminta untuk menghentikan aktifitas di kebun selama tiga hari. Saat ini, warga harus beramai-ramai bekerja di kebun.

Pihaknya belum bisa memastikan sampai kapan anak-anak belajar daring akibat teror harimau sumatera itu.

Bakal dievakuasi

Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bersama TNI sudah dikerahkan untuk melakukan penanganan.

Petugas bakal menangkap dan mengevakuasi hewan buas yang dilindungi oleh Undang-Undang itu.

Junaidi menyebut, tim gabungan sudah memasang dua perangkap dengan umpan kambing untuk menangkap harimau.

Perangkap dipasang di areal 75 dan areal 69. Namun, kambing yang dijadikan umpan itu ditanggung oleh Junaidi.

"Umpan kambing kita sendiri yang beli pakai uang pribadi. Harganya Rp 700.000. Itu untuk perangkap yang di areal 75. Kalau umpan perangkap yang di areal 69, itu swadaya masyarakat beli kambing," sebut Junaidi.

Ia tak merasa keberatan menanggung biaya untuk membeli umpan demi mengatasi konflik satwa dengan warga.

Namun, harimau itu sepertinya belum tertarik untuk memakan kambing yang ada di dalam perangkap.

"Harapan kita, apapun ceritanya hewan itu dilindungi. Jadi, solusinya itu kalau bisa ya cepat ditangkap atau pihak BBKSDA itu bisa mengatasi permasalahan ini. Itulah harapan kami," tutur dia.

Artinya, persoalan ini jangan dianggap sepele karena masyarakat bisa mengambil tindakan daripada nyawa masyarakat terancam.

"Tapi kami berupaya meredam amarah warga, karena itu hewan dilindungi. Jadi harus cepat diselesaikan, supaya masyarakat aman," tutup Junaidi.

Disebut rumah harimau

Lokasi kemunculan harimau itu disebut rumah atau habitatnya harimau sumatera, yakni Giam Siak Kecil.

Namun, untuk menghindari konflik, petugas terpaksa berupaya mengevakuasi harimau itu.

"Itu kawasan suaka margasatwa. Kebun sawit itu jelas ilegal," tegas Plt Kepala BBKSDA Riau, Fifin Arfiana Jogasara saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (21/4/2022).

https://regional.kompas.com/read/2022/04/23/102418178/cerita-harimau-sumatera-teror-warga-bengkalis-riau-harimaunya-tak-takut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke