Saat para kerabat bertamu, lanjut Yosep, daging yang sudah diawetkan diambil untuk dimasak. Daging babi yang sudah diawetkan dinamakan woda.
Daging yang sudah diawetkan itu, lanjut Yosep, dimasak. Kemudian disuguhkan untuk makan bersama.
Penyajiannya dicampur dengan kacang tanah yang sudah dihaluskan atau biji kastela yang dihaluskan ditambah dengan sedikit air masak.
"Sewaktu saya masih anak-anak. Saya biasa ikut jalan bersama nenek perempuan bertamu di rumah saudara laki-lakinya. Lalu, keluarga saudara laki-laki menyuguhkan menu dengan lauk pauknya Ute Dito," kata dia.
"Zaman itu lauk pauk Ute Dito dikhususkan bagi tamu keluarga istimewa. Lauk ini tidak disuguhkan saat ritual adat. Lauk ini dikhususkan untuk menghargai keluarga dekat yang sedang bertamu di rumah," lanjutnya.
Baca juga: Menulis, Cara Milenial di Manggarai Timur NTT Promosikan Wisata
Yosep menjelaskan, entah dari mana pengetahuan nenek moyang orang Manggarai Timur mengawetkan daging, tapi menurutnya, pengawetan telah mempertimbangkan keseimbangan gizi.
Cara mengawetkannyanya juga sederhana, yakni dengan mencampur daging dengan tepung jagung dan garam.
Tepung jagung sebagian ditaburkan di bagian bawah di dalam lubang bambu, kemudian, daging yang sudah ditaburi tepung jagung dan garam dimasukan dalam wadah bambu dan ditutup.
"Saya pernah lihat cara mengawetkannya. Saya pernah rasa makan lauk itu saat saya masih kecil. Sekarang ini jarang saya rasakan masakan lauk pauk Ute Dito. Ini merupakan cadangan menu lauk buat tamu-tamu yang memiliki hubungan kekerabatan," ucapnya.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 10 April 2022
Kini lauk tradisional yang diawetkan itu nyaris punah sebab keluarga-keluarga jarang mengawetkan daging lagi.
Yosep berharap, keluarga di kampung-kampung kembali merawat dan melestarikan warisan leluhur mengawetkan daging demi ketahanan pangan dan menu gizi keluarga.
"Saya sangat rindu lagi makan lauk pauk dengan Ute Dito. Rasa daging yang sudah dimasak sangat berbeda dengan lauk pauk yang dimasak di era sekarang," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.