Salin Artikel

Mengenal Ute Dito, Mengawetkan Daging ala Manggarai Timur, Warisan Leluhur yang Hampir Punah

Kini cara mengawetkan daging di keluarga di wilayah Manggarai Timur tersebut jarang ditemukan. Warisan nenek moyang ini hampir punah.

Nenek moyang orang Manggarai Timur menyebut pengawetan tersebut dengan Ute Dito. Ute artinya sayur, dito artinya daging yang diawetkan secara tradisional dengan alat bambu.

Tokoh masyarakat Yosep Geong menjelaskan, warisan leluhur Manggarai Timur memiliki pengetahuan mengenai cara mengawetkan daging agar bertahan lama yang disebut ute dito.

Lauk daging dapat diawetkan dengan bahan-bahan bersumber dari alam.

Cara mengawetkannya sangat sederhana. Menggunakan bambu betong dengan ukuran satu meter. Bahannya yakni tepung jagung dan garam.

"Ute Dito itu daging yang diawetkan di wadah bambu, daging yang diawetkan itu daging babi, daging air seperti belut. Daging yang sudah potong-potong dicampur dengan tepung jagung, garam lalu disimpan di dalam bambu. Bambu betong ditutup bagian atasnya agar udara tidak masuk di dalam wadah itu," jelasnya.

Yosep menjelaskan, pada era 1950-1970, orang tua di kampung-kampung masih merawat dan menjaga cara mengawetkan daging itu agar bertahan lama.

"Daging yang diawetkan itu bertahan berbulan-bulan. Tidak berbau. Tidak ada ulat di daging itu. Makannya juga tidak setiap hari. Lauk pauk itu dikhususkan bagi kerabat keluarga dekat yang bertamu," jelasnya.


Saat para kerabat bertamu, lanjut Yosep, daging yang sudah diawetkan diambil untuk dimasak. Daging babi yang sudah diawetkan dinamakan woda.

Daging yang sudah diawetkan itu, lanjut Yosep, dimasak. Kemudian disuguhkan untuk makan bersama.

Penyajiannya dicampur dengan kacang tanah yang sudah dihaluskan atau biji kastela yang dihaluskan ditambah dengan sedikit air masak.

"Sewaktu saya masih anak-anak. Saya biasa ikut jalan bersama nenek perempuan bertamu di rumah saudara laki-lakinya. Lalu, keluarga saudara laki-laki menyuguhkan menu dengan lauk pauknya Ute Dito," kata dia.

"Zaman itu lauk pauk Ute Dito dikhususkan bagi tamu keluarga istimewa. Lauk ini tidak disuguhkan saat ritual adat. Lauk ini dikhususkan untuk menghargai keluarga dekat yang sedang bertamu di rumah," lanjutnya.

Cara mengawetkan

Yosep menjelaskan, entah dari mana pengetahuan nenek moyang orang Manggarai Timur mengawetkan daging, tapi menurutnya, pengawetan telah mempertimbangkan keseimbangan gizi.

Cara mengawetkannyanya juga sederhana, yakni dengan mencampur daging dengan tepung jagung dan garam.

Tepung jagung sebagian ditaburkan di bagian bawah di dalam lubang bambu, kemudian, daging yang sudah ditaburi tepung jagung dan garam dimasukan dalam wadah bambu dan ditutup.

"Saya pernah lihat cara mengawetkannya. Saya pernah rasa makan lauk itu saat saya masih kecil. Sekarang ini jarang saya rasakan masakan lauk pauk Ute Dito. Ini merupakan cadangan menu lauk buat tamu-tamu yang memiliki hubungan kekerabatan," ucapnya.

Kini lauk tradisional yang diawetkan itu nyaris punah sebab keluarga-keluarga jarang mengawetkan daging lagi.

Yosep berharap, keluarga di kampung-kampung kembali merawat dan melestarikan warisan leluhur mengawetkan daging demi ketahanan pangan dan menu gizi keluarga.

"Saya sangat rindu lagi makan lauk pauk dengan Ute Dito. Rasa daging yang sudah dimasak sangat berbeda dengan lauk pauk yang dimasak di era sekarang," ucapnya. 

https://regional.kompas.com/read/2022/04/11/100633178/mengenal-ute-dito-mengawetkan-daging-ala-manggarai-timur-warisan-leluhur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke