Dituntut kreatif
Semestinya, kata Bergita, tidak alasan sekolah kekurangan ruang kelas. Sebab, status sekolah itu adalah sekolah negeri yang pengelolaannya ada di bawah pemerintah. Namun, Bergita menyebut, pemerintah hanya mampu membangun lima ruang kelas yang layak pakai.
"Terus terang, tiap malam saya tidak tidur karena memikirkan 389 anak-anak di sini. Apalagi di saat pandemi seperti ini," ucapnya.
Baca juga: Kisah Indus, Sakit Puluhan Tahun, Tinggal di Rumah Reyot di Pelosok NTT
Bergita menuturkan, sejak ditunjuk menjadi kepala sekolah pada 2020, ia sudah berusaha meminta bantuan kepada pemerintah setempat untuk penambahan gedung sekolah.
Namun, oleh pemerintah, ia dituntut untuk kreatif agar bisa membangun gedung yang baru.
"Saya kemudian mengundang orangtua dan komite sekolah untuk mendiskusikan soal kekurangan ruangan belajar. Akhirnya kami bersepakat untuk membangun gedung dengan swadaya," ucapnya.
Baca juga: Seekor Lumba-lumba Hidung Botol Mati Terdampar di Pesisir Pulau Alor, NTT
Meski demikian, pihaknya masih mengalami kendala keuangan, khususnya untuk belanja seng dan biaya tukang. Sementara semua bantuan dari orangtua sudah habis terpakai.
Bergita berharap agar ada pihak yang bisa membantu meringankan beban biaya yang mereka alami.
"Jujur saat ini kami sangat membutuhkan sentuhan kasih dari orang-orang yang bisa membantu kami," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.