Menurut Peneliti Herpetologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Dr. Amir Hamidy, salah satu cara mencegah konflik buaya dan manusia adalah dengan memasang rambu-rambu di titik rawan konflik.
"Beberapa negara, seperti Australia, melakukan langkah itu. Jadi warga yang memasuki daerah itu akan lebih waspada. Lalu, memasang perangkap di lokasi rawan konflik. Tujuannya agar individu dapat direlokasi ke tempat jauh dari pemukiman yang membahayakan manusia," katanya kepada Kompas.com.
Selain itu, memberi edukasi kepada warga soal perilaku buaya yang tak lain merupakan hewan predator juga tak kalah penting.
Baca juga: Hilang Diseret Buaya, Warga Mukomuko Ditemukan Meninggal di Sungai
Harapannya, warga akan mengetahui di mana habitat dan kapan harus waspada saat buaya mulai memburu mangsa.
"Sekitar sudah lima meter, akan mulai mencari mangsa di wilayahnya. Biasanya buaya akan keluar di sore hari untuk berburu," katanya.
Namun demikian, selain cara-cara tersebut, Amir menganggap bahwa pemetaan atau survei populasi buaya juga harus mulai dilakukan.
Hasil dari pemetaan tersebut, kata Amir, akan memberikan masukan data soal bagaimana perilaku buaya di lokasi rawan konflik.
Lalu juga mampu untuk membuat langkah-langkah preventif untuk melindungi warga sekaligus melestarikan satwa, khususnya buaya.
Namun Amir mengakui, hal itu membutuhkan proses yang lama dan melibatkan banyak pihak.
(Penulis : Kontributor Bengkulu, Firmansyah | Editor : Gloria Setyvani Putri)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.