KOMPAS.com - Seekor buaya menyerang dan menewaskan seorang warga di sekitar Sungai Selagan, Kota Mukomuko, Bengkulu, beberapa waktu lalu.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu segera memasang perangkap berisi dua ekor itik untuk menangkap buaya pemangsa manusia tersebut.
"Perangkap yang berisi 2 ekor itik itu dipasang di sekitar sungai tak jauh dari lokasi warga meninggal diterkam buaya beberapa waktu lalu di Desa Tanah Rekah, Kabupaten Mukomuko," kata petugas BKSDA Bengkulu, Rasyidin, Senin (7/3/2022).
Baca juga: Warga Mukomuko Diterkam Buaya, BKSDA Bengkulu Pasang Perangkap di Sungai Selagan
Dirinya berharap, dengan perangkap tersebut, buaya yang meresahkan warga setempat dapat segera ditangkap.
Selain itu, langkah itu sebagai bentuk agar masyarakat merasa aman dalam beraktivitas di sekitar sungai.
Baca juga: Faisal Diterkam Buaya, Tubuhnya Ditemukan Sudah Tak Utuh Lagi
“Ini sebagai langkah BKSDA Bengkulu mengatasi konflik manusia dan buaya. Kami meminta kepada masyarakat untuk tidak menyakiti buaya karena buaya adalah satwa yang di lindungi undang-undang. Namun kami tetap mengutamakan keselamatan warga di dalam hal ini,” jelas Rasyidin.
Baca juga: Hendak Tangkap Bebek yang Dilepas Saat Acara Adat, Seorang Warga Diterkam Buaya
Menurut Peneliti Herpetologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Dr. Amir Hamidy, salah satu cara mencegah konflik buaya dan manusia adalah dengan memasang rambu-rambu di titik rawan konflik.
"Beberapa negara, seperti Australia, melakukan langkah itu. Jadi warga yang memasuki daerah itu akan lebih waspada. Lalu, memasang perangkap di lokasi rawan konflik. Tujuannya agar individu dapat direlokasi ke tempat jauh dari pemukiman yang membahayakan manusia," katanya kepada Kompas.com.
Selain itu, memberi edukasi kepada warga soal perilaku buaya yang tak lain merupakan hewan predator juga tak kalah penting.
Baca juga: Hilang Diseret Buaya, Warga Mukomuko Ditemukan Meninggal di Sungai
Harapannya, warga akan mengetahui di mana habitat dan kapan harus waspada saat buaya mulai memburu mangsa.
"Sekitar sudah lima meter, akan mulai mencari mangsa di wilayahnya. Biasanya buaya akan keluar di sore hari untuk berburu," katanya.
Namun demikian, selain cara-cara tersebut, Amir menganggap bahwa pemetaan atau survei populasi buaya juga harus mulai dilakukan.
Hasil dari pemetaan tersebut, kata Amir, akan memberikan masukan data soal bagaimana perilaku buaya di lokasi rawan konflik.
Lalu juga mampu untuk membuat langkah-langkah preventif untuk melindungi warga sekaligus melestarikan satwa, khususnya buaya.
Namun Amir mengakui, hal itu membutuhkan proses yang lama dan melibatkan banyak pihak.
(Penulis : Kontributor Bengkulu, Firmansyah | Editor : Gloria Setyvani Putri)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.