Sekilas Kain Cual ini hampir mirip dengan kain songket dari Palembang, yang menandakan adanya unsur Melayu.
Ciri khas Kain Cual ada pada warnanya yang dominan cerah dan motifnya berupa flora dan fauna.
Proses pembuatan Kain Cual terbilang rumit dengan bahan-bahan yang terkenal unik dan mahal.
Bahan Kain Cual antara lain polyster, sutera, katun,s erat kayu, dan benang emas seberat 18 karat.
Selain itu, pengerjaan Kain Cual juga tidak sembarangan, yaitu harus dikerjakan oleh ahlinya.
Pada zaman dahulu, Kain Cual ini lebih sering dikenal dengan nama Limar Mentok, karena berasal dari daerah Mentok, Bangka.
Baik Kain Caul maupun Baju Seting mengandung perpaduan sejumlah kebudayaan lokal maupun mancanegara.
Dalam sejarahnya, konon ada seorang pedagang Arab yang datang dan menetap Bangka Belitung.
Beberapa waktu kemudian, pedagang itu menikah dengan seorang wanita Tionghoa dan menetap di Mentok.
Saat pernikahan itu keduanya mengenakan baju pengantin dengan model Baju Seting yang dipadukan dengan Kain Cual.
Keindahan busana pengantin keduanya menarik perhatian warga sekitar.
Setelah pernikahan itu, banyak pedagang asal Arab dan Tiongkok yang singgah dan menetap di Bangka Belitung, tepatnya Mentok.
Mentok pun menjadi sangat maju dan ramai, bahkan menjadi pusat pemerintahan Bangka Belitung.
Dengan berkembangnya daerah Mentok, konsep Baju Seting dan Kain Cual pun semakin banyak dikenal dan dikenakan oleh masyarakat.
Sumber:
Pangkalpinangkota.go.id
Budaya-Indonesia.org