Tekad dan kemauan kuat Abraham akhirnya membuat kedua orangtuanya luluh dan membiarkan anak bungsu dari lima saudara ini mencoba peruntungannya.
Pada 2016, Abraham coba mendaftar di Sekolah Penerbang Perkasa Flight School yang ada di Cilacap, Jawa Tengah.
"Saya beri tahu orangtua bahwa saya diterima, mereka merelakan saya menempuh studi di Jawa, di mana saat itu merupakan kali pertama saya keluar dari Pulau Kalimantan,"lanjut Abraham.
Baca juga: Garam Gunung Krayan yang Dulu Diminati Malaysia, Kini Mati Suri
Ia menamatkan pendidikan penerbangan selama tiga tahun. Selama itu pula, orangtuanya menjual harta benda untuk mendukung cita-cita Abraham.
"Orangtua saya adalah petani, demi mendukung saya menjadi pilot, mereka jual sawah, tanah dan rumah di Long Bawan Krayan. Semua habis ludes terjual, sehingga orangtua kembali ke rumah kakek di Desa Padat Karya, Krayan Barat," imbuhnya.
Lulus dari sekolah Perkasa Flight School pada 2018, Abraham melanjutkan perantauan ke Jakarta. Di sana ia mengajukan lamaran ke sejumlah maskapai penerbangan.
Hal yang memberatkan adalah ketika maskapai tempat ia melamar kerja semua mengharuskan pembayaran tidak murah untuk rating.
"Ada yang minta Rp 1,3 miliar sampai Rp 1,5 miliar untuk mendalami spesialisasi penerbangannya. Orangtua sudah habis-habisan begitu, mana bisa lagi membebani mereka," kenangnya.
Baca juga: Fakta Kelangkaan BBM di Krayan, Harga Eceran Tembus Rp 35.000 Per Liter, Ini Penyebabnya
Syarat yang memberatkan tersebut, membuat semangatnya turun. Abraham mengaku stress berat dan berada pada fase paling rendah dalam kehidupannya.
"Beban moral kita adalah bagaimana orangtua kita sudah habiskan harta benda demi cita-cita kita, tapi justru kita belum bisa membuktikan itu. tingkat stressnya tinggi sekali. Saya setahun menganggur di Ibu Kota, bisa dikatakan itu fase paling kritis saya," jelasnya.