Mak Unah di usia senja ini tak memiliki anak dan suami karena sampai sekarang belum menikah.
Bukan hanya tak memiliki rumah, Mak Unah pun tak bisa membaca dan menulis, bahkan mengetahui nominal uang.
Hal tersebut menjadikannya sulit untuk berdagang ataupun mencari pekerjaan.
Sebelum tinggal di gubuk reyot tersebut, Mak Unah sebetulnya telah ditawari oleh warga sekitar untuk dikontrakkan rumah yang laik huni yang berada di kota.
Namun, kebisingan kota membuatnya tidak betah dan kembali tinggal di pondok karena menurutnya lebih nyaman.
"Saya hanya tahan tiga bulan, enggak kuat di sana," ujarnya.
Yanti Susanti, keponakan dari Mak Unah, menyebutkan bahwa bibinya tersebut sedari kecil tak bisa hidup di kota.
Ia pun pernah membawa Mak Unah untuk tinggal bersamanya.
Namun, Mak Unah memilih untuk kembali berada di gubuk itu bersama adiknya.
"Memang dari kecil di kampung, jadi memang asing kehidupan kota. Pernah saya bawa ke rumah, tapi tiba-tiba kabur balik lagi ke pondok. Membaca dan menulis juga bibi tidak bisa," ujarnya.
Dalam keseharian, Mak Unah sering diberi makanan dan baju oleh warga setempat yang prihatin melihat kondisi lansia ini.
Selain berharap dari warga, untuk memenuhi kehidupannya, Mak Unah pun terkadang memancing ikan dan mengambil sayur yang ada tak jauh di sekitar pondok.
"Masak pun hanya pakai kayu bakar, tidak pernah ada bumbu karena memang tidak pernah terbiasa," katanya.
Dengan adanya rumah bantuan dari Presiden tersebut, Yanti berharap Mak Unah betah dan tak lagi kabur seperti sebelumnya
"Ngapain kabur lagi, kan rumah sendiri," celetuk Mak Unah sembari tertawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.