Salah satu sisi akan disungging mengikuti tatahannya, sementara sisi lain akan diberi gambar sosok banaspati.
Gunungan sendiri memiliki beberapa fungsi antara lain untuk tanda mulai dan selesainya pagelaran, pembuka dan penutup adegan, menggambarkan hal yang tidak ada bentuk wayangnya, dan lain sebagainya.
Melansir laman kebumenkab.go.id, filosofi gunungan ada pada bentuk dan ornamennya.
Bentuk kerucut lancip ke atas pada gunungan melambangkan kehidupan manusia yang makin tua harus semakin dekat kepada pencipta.
Ornamen gapura dan dua penjaga (Cingkoro Bolo dan Bolo Upoto) melambangkan baik-buruknya hati manusia.
Sementara tameng dan godho yang dipegang oleh kedua sosok penjaga tersebut melambangkan penjaga alam dan terang.
Ornamen pohon yang tumbuh menjalar dari bawah hingga puncak gunungan melambangkan sifat manusia yang tumbuh dan bergerak maju (dinamis) sehingga bermanfaat bagi alam semesta.
Pohon juga melambangkan adanya perlindungan dari Tuhan kepada manusia.
Rumah joglo (gapuran) melambangkan sebuah negara yang didalamnya memiliki kehidupan aman, tentram, dan bahagia.
Selain itu terdapat ornamen binatang seperti burung, banteng, kera dan harimau yang juga memiliki filosofi tersendiri.
Burung yang melambangkan keindahan, banteng yang melambangkan kekuatan dan keuletan, kera sebagai lambang memilih baik dan buruk dan harimau sebagai labang sosok pemimpin.
Sumber:
bi.go.id
indonesia.go.id
jbbudaya.jogjabelajar.org
kebumenkab.go.id