Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksara Jawa: Sejarah, Legenda Aji Saka, dan Makna Filosofinya

Kompas.com - 06/01/2022, 11:19 WIB
William Ciputra

Penulis

KOMPAS.com - Aksara Jawa merupakan salah satu aksara kuno yang berasal dari Jawa. Di masa lampau, Aksara Jawa digunakan dalam korespondensi sehari-hari masyarakat.

Aksara Jawa biasa juga dikenal dengan nama Hanacaraka, Carakan, atau Dentawyanjana.

Tak hanya bahasa Jawa, aksara ini juga digunakan untuk menulis bahasa lain, seperti Sunda, Madura, hingga Sansekerta dan Kawi.

Aksara Jawa terdiri dari 20 aksara, yaitu Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Pa, Dha, Ja, Ya, Nya, Ma, Ga, Ba, Tha, Nga.

Baca juga: Aksara Tertua hingga Terindah di Dunia, Aksara Jawa Salah Satunya

Sejarah Aksara Jawa dan Legenda Aji Saka

Aksara Jawa masuk ke dalam turunan Aksara Brahmi, yaitu aksara India tertua yang terdapat dalam naskah-naskah India kuno.

Aksara Brahmi diperkirakan berkembang di wilayah Asia Selatan dan Tenggara pada abad ke-6 hingga 8 Masehi. Di Asia Tenggara, aksara ini kemudian berkembang menjadi Aksara Pallawa.

Aksara Pallawa ini berkembang pula di wilayah Nusantara pada abad ke-8 hingga 15 Masehi. Dari Pallawa inilah muncul aksara kuno lain, termasuk Aksara Jawa.

Kemunculan Aksara Jawa sering dikaitkan dengan kisah legenda dua orang abdi Aji Saka yang konon memerintah di Medang Kamulan.

Dua abdi Aji Saka ini bernama Dora dan Sembada. Keduanya terkenal sangat setia kepada junjungan mereka, yaitu Aji Saka.

Aji Saka yang berasal dari Bumi Majeti hendak menuju ke Medang Kamulan untuk melawan kelaliman penguasa daerah itu yang bernama Prabu Dewata Cengkar.

Sebelum berangkat, Aji Saka memberi amanat kepada Dora dan Sembada untuk menjaga senjata pusaka miliknya. Aji Saka berpesan kepada keduanya agar tidak menyerahkan pusaka itu kepada siapapun selain dirinya.

Baca juga: Memperkenalkan Budaya Jawa Lewat Lomba Menulis Aksara Jawa

Saat di Medang Kamulan, Aji Saka terlibat pertempuran sengit melawan Prabu Dewata Cengkar. Namun, Aji Saka berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar, dengan mengubahnya menjadi Bajul Putih atau buaya putih.

Setelah itu, Aji Saka pun bertahta sebagai penguasa Medang Kamulan. Aji Saka lantas mengirim utusan ke Bumi Majeti, untuk mengabarkan kepada Dora dan Sembada bahwa dirinya berhasil menang melawan Prabu Dewata Cengkar.

Selain memberi kabar tersebut, Aji Saka juga meminta pusaka yang dititipannya agar diantar ke Medang Kamulan.

Di perjalanan menuju Bumi Majeti, utusan Aji Saka bertemu dengan Dora. Utusan itu menyampaikan semua perintah Aji Saka kepadanya. Dora langsung percaya, dan menemui Sembada.

Kepada Sembada, Dora lantas menyampaikan pesan dari utusan Aji Saka. Dora juga mengajak Sembada untuk mengantarkan pusaka milik Aji Saka ke Medang Kamulan.

Namun, Sembada justru tidak percaya. Sembada malah mencurigai Dora, dan mengira apa yang disampaikan sahabatnya itu sebagai siasat untuk mencuri dan memiliki pusaka milik Aji Saka.

Keduanya kemudian terlibat perselisihan yang berujung pada pertempuran hebat. Dalam pertempuran itu, tidak ada yang menang dan kalah. Keduanya tewas bersamaan.

Sementara itu Aji Saka resah karena pusaka dan dua abdinya tak kunjung datang. Dia kemudian memutuskan untuk berangkat ke Bumi Majeti.

Saat tiba di Bumi Majeti, Aji Saka terkejut karena menemukan mayat dua abdinya yaitu Dora dan Sembada.

Aji Saka lantas menyadari, kedua abdinya itu terlibat perselisihan akibat pesan yang disampaikan dulu, yaitu agar menjaga pusaka dan tidak menyerahkan kepada siapapun selain dirinya.

Untuk mengenang kesetiaan Dora dan Sembada, Aji Saka lantas menggubah puisi yang jika dibaca menjadi Hanacaraka. Berikut adalah puisi tersebut:

  • Hanacaraka: ada dua utusan
  • Datasawala: keduanya terlibat perselisihan
  • Padhajayanya: mereka sama-sama berjaya dalam perselisihan itu
  • Maga bathanga: dan keduanya pun sama-sama menjadi mayat.

Baca juga: Standar Fon Aksara Jawa dan Sunda Segera Didaftarkan ke BSN

Makna Filosofi Aksara Jawa

Listyo Yuwanto dalam Refleksi Hakikat Manusia Berdasarkan Aksara Jawa (2012) membeberkan makna filosofis dalam Aksara Jawa Hanacaraka ini.

Menurutnya, Aksara Jawa dari Ha sampai Nga memiliki makna berupa gambaran dan hakikat hidup manusia di dunia sangat mendalam.

Hanacaraka dimaknai dengan “anane utusaning pangeran” atau adanya utusan Tuhan, yaitu manusia. Dengan kebesaran Tuhan, manusia diciptakan untuk menjaga kelestarian hidup atau “memayu hayuning bawono”.

Kelestarian hidup ini bisa terjaga manakala dua bentuk kelestariannya juga dijaga, yaitu kelestarian hidup manusia atau “hamemayu hayuning jagad kang piniji”, dan kelestarian alam atau “hamemayu hayuning jagad raya".

Datasawala dimaknai sebagai “ora bisa suwala, kabeh wus ginaris ing kodrat” atau tidak bisa diingkari bahwa semuanya sudah menjadi kodrat atau ketetapan Tuhan.

Dalam hal ini, manusia sebagai utusan Tuhan hanya bisa menjalankan apapun yang sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Dari sini, masyarakat Jawa memiliki prinsip hidup yaitu “narima ing pandum” yaitu menerima apapun pemberian Tuhan.

Baca juga: Selangkah Menuju Standar Nasional Aksara Nusantara

Padhajayanya dimaknai dengan “kanthi tetimbangan kang pada sak jodo anane” atau Tuhan menciptakan sesuatu sesuai dengan pertimbangan dan berpasangan.

Implementasi hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari, dengan adanya siang-malam, pria-wanita, hidup-mati, sedih-bahagia, dan seterusnya.

Magabathanga dimaknai dengan “manungsa kinodrat dosa, lali, luput lan mati” atau manusia ditakdirkan memiliki dosa, lupa, kesalahan, dan kematian.

Hal ini dapat dimaknai bahwa manusia tidak akan pernah bisa lepas dari kekurangan dan kelemahan. Dari sini muncul filosofi hidup masyarakat Jawa yang dikenal dengan “eling lan waspada”, yaitu hidup harus selalu ingat dan waspada atas kekurangan.

Sumber:
https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/26/090000079/sejarah-aksara-jawa?page=all
https://bp3d.boyolali.go.id/index.php/artikel/item/144-legenda-ajisaka-dan-asal-mula-aksara-jawa
https://ubaya.ac.id/ubaya/articles_detail/54/Refleksi-Hakikat-Manusia-Berdasarkan-Aksara-Jawa.html

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

HUT Ke-477 Semarang, Mbak Ita: Paparkan Pencapaian Nilai Investasi Tumbuh 100 Persen hingga Kemiskinan Terendah di Jateng

HUT Ke-477 Semarang, Mbak Ita: Paparkan Pencapaian Nilai Investasi Tumbuh 100 Persen hingga Kemiskinan Terendah di Jateng

Regional
Prabowo Ingin Libatkan Megawati dalam Penyusunan Kabinet, Gibran: Semuanya Kami Mintain Masukan

Prabowo Ingin Libatkan Megawati dalam Penyusunan Kabinet, Gibran: Semuanya Kami Mintain Masukan

Regional
Perjuangan Guru Erni Seberangi Lautan demi Mengajar, Perahu yang Dinaiki Pernah Terbalik

Perjuangan Guru Erni Seberangi Lautan demi Mengajar, Perahu yang Dinaiki Pernah Terbalik

Regional
Cekcok dengan Ibunya, Mahasiswa di Banjarmasin Ditemukan Tewas Gantung Diri

Cekcok dengan Ibunya, Mahasiswa di Banjarmasin Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Banjir Rendam Sekolah di Maja Lebak, Semua Murid Diliburkan

Banjir Rendam Sekolah di Maja Lebak, Semua Murid Diliburkan

Regional
Untidar Magelang Kini Jadi BLU, Rektor Klaim UKT Tak Naik

Untidar Magelang Kini Jadi BLU, Rektor Klaim UKT Tak Naik

Regional
Kisah Siswa SDN 104 Krui, Naik ke Bukit Cari Sinyal Belajar 'Online' buat Ujian

Kisah Siswa SDN 104 Krui, Naik ke Bukit Cari Sinyal Belajar "Online" buat Ujian

Regional
Kisruh Penerima KIP Kuliah di Undip Semarang, Ini Penjelasan Pihak Kampus

Kisruh Penerima KIP Kuliah di Undip Semarang, Ini Penjelasan Pihak Kampus

Regional
Korupsi BLT Covid-19, Mantan Kades di Tangerang Divonis 2,5 Tahun Penjara

Korupsi BLT Covid-19, Mantan Kades di Tangerang Divonis 2,5 Tahun Penjara

Regional
28 Calon TKI Ilegal yang Akan Berangkat ke Malaysia Diselamatkan di Pesisir Nunukan

28 Calon TKI Ilegal yang Akan Berangkat ke Malaysia Diselamatkan di Pesisir Nunukan

Regional
Santap Jamur Liar dari Pekarangan Rumah, Sekeluarga di Cilacap Keracunan

Santap Jamur Liar dari Pekarangan Rumah, Sekeluarga di Cilacap Keracunan

Regional
Jalan Rangkasbitung-Bogor Longsor, Kendaraan Roda Empat Dialihkan ke Jalur Alternatif

Jalan Rangkasbitung-Bogor Longsor, Kendaraan Roda Empat Dialihkan ke Jalur Alternatif

Regional
Calon Perseorangan Pilkada Sumbar 2024 Butuh 347.532 Dukungan

Calon Perseorangan Pilkada Sumbar 2024 Butuh 347.532 Dukungan

Regional
Ingin Diresmikan Jokowi, Pembangunan Bendungan Keureto Aceh Dikebut

Ingin Diresmikan Jokowi, Pembangunan Bendungan Keureto Aceh Dikebut

Regional
Rugikan Negara Rp 8,5 Miliar, Mantan Dirut PDAM Kabupaten Semarang Ditahan

Rugikan Negara Rp 8,5 Miliar, Mantan Dirut PDAM Kabupaten Semarang Ditahan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com