Pada 8 Syawal, masyarakat saling mengunjungi, baik dari luar desa maupun kota.
Tradisi ini berkembang dari masa ke masa hingga sekarang.
Yang menarik dari tradisi ini adalah adanya Lopis Raksasa dengan tinggi 2 meter, diameter 1,5 meter, dan beratnya bisa mencapai 1000 kg atau lebih 1 kuintal.
Setelah melakukan doa bersama, lopis akan dipotong oleh Walikota Pekalongan lalu dibagi-bagikan kepada pengunjung.
Pembuatan Lopis Raksasa dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi. Hal ini, identik dengan sifat lopis yang lengket.
Baca juga: Riuhnya Tradisi Syawalan di Berbagai Daerah di Indonesia
3. Tradisi Nyadran
Tradisi Nyadran merupakan tradisi yang dilakukan di bulan Sya'ban atau menjelang bulan ramadan. Kata Nyadran berasal dari kata 'Sraddaa' yang bermakna keyakinan.
Tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta dimaksudkan untuk membersihakan makam orang tua dan leluhur, membuat dan membagikan makanan tradisional, dan berdoa atau selamatan di area makam.
Dalam tradisi Jawa bulan ramadan disebut juga bulan ruwah, sehingga Nyadran disebut juga acara ruwah.
Bagi masyarakat Jawa, Nyadran merupakan tradisi yang penting. Pasalnya, para pewaris tradisi ini menjadikan Nyadran sebagai momentum untuk menghormati para leluhur dan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta.
Di beberapa daerah di Jawa, masyarakat membersihkan makam sambil membawa makanan hasil bumi yang disebut sadranan. Lalu, mereka akan makan bersama-sama di atas daun pisang.
Namun, tradisi Nyadran di setiap daerah di Jawa berbeda-beda. Di Muntilan, Jawa Tengah, masyarakat tidak membawa sadaran (makanan hasil bumi) ketika membersihkan makam.
Masyarakat mempercayai bahwa tradisi Nyadran dengan membersihkan makam adalah simbol pembersihan diri menjelang ramadan. Tidak hanya kepada Pencipta, namun pembersihan diri pada leluhur dan kegangatan persaudaraan.Baca juga: Nyadran, Doa Syukur dan Makan Ala Sorobayan di Atas Tikar
4. Tradisi Popokan
Tradisi ini merupakan upacara adat lempar lumpur di Dusun Sendang, Kecamatan Bringing, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Dilansir dariejournal.undip.ac.id, Laporan Budaya berjudul Popokan: Tradisi Perang Lumpur di Tradisi Desa Sendang Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang oleh Muh Hafidz disebutkan bahwa tradisi ini dilakukan laki-laki yang masih muda.