Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tradisi Unik di JawaTengah, Perang Lumpur hingga Anak Cucu Berjalan di Bawah Peti Jenazah

Kompas.com - 05/01/2022, 21:03 WIB
Dini Daniswari

Penulis

KOMPAS.com - Upacara adat yang merupakan tradisi masyarakat Jawa Tengah berkaitan
dengan hubungan kemasyarakatan dan sang Pencipta.

Tradisi dilakukan untuk menjaga kerukunan warga, menghindari kesusahan batin,
maupun mewarisi nilai-nilai luhur para leluhur.

Berikut tradisi di masyarakat Jawa Tengah:

1. Tradisi Ruwatan

Tradisi Ruwatan adalah salah satu bentuk ritual penyucian. Ruwat berasal dari istilah Ngaruati
yang memiliki makna menjaga kesialan Dewa Batara.

Sampai saat ini, tradisi ini dilestarikan oleh masyarakat Demak.

Tradisi Ruwatan juga untuk melestarikan ajaran Kanjeng Sunan Kalijaga dan digunakan bagi
orang Nandang Sukerto atau berada dalam dosa.

Meruwat bisa berarti mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan batin dengan cara mengadakan pertunjukkan atau ritual.

Umumnya, ritual tersebut menggunakan media wayang kulit yang mengambil cerita Murwakala.

Upacara Ruwatan biasanya dilakukan orang Jawa ketika mengalami kesialan hidup.

Masalah kehidupan tersebut, seperti anak sedang sakit, anak tunggal yang tidak memiliki adik atau kakak, terkena sial, jauh jodoh, susah mencari kehidupan, dan lain sebagainya.

Baca juga: Ruwatan, Tradisi Jawa Pembuang Sial

2. Tradisi Syawalan

Tradisi syawalan merupakan tradisi masyarakat di Kota Pekalongan, khususnya masyarakat Daerah Krapyak, bagian utara Kota Pekalongan.

Tradisi ini dilakukan setiap hari ketujuh (8 Syawal) sesudah Hari Raya Idul Fitri.

Asal mula tradisi Syawalan ini, supaya dapat membuat acara 'open house' setelah
tidak menerima tamu pada 2-7 Syawal.

Pada 8 Syawal, masyarakat saling mengunjungi, baik dari luar desa maupun kota.

Tradisi ini berkembang dari masa ke masa hingga sekarang.

Yang menarik dari tradisi ini adalah adanya Lopis Raksasa dengan tinggi 2 meter, diameter 1,5 meter, dan beratnya bisa mencapai 1000 kg atau lebih 1 kuintal.

Setelah melakukan doa bersama, lopis akan dipotong oleh Walikota Pekalongan lalu dibagi-bagikan kepada pengunjung.

Pembuatan Lopis Raksasa dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi. Hal ini, identik dengan sifat lopis yang lengket.

Baca juga: Riuhnya Tradisi Syawalan di Berbagai Daerah di Indonesia

3. Tradisi Nyadran

Tradisi Nyadran merupakan tradisi yang dilakukan di bulan Sya'ban atau menjelang bulan ramadan. Kata Nyadran berasal dari kata 'Sraddaa' yang bermakna keyakinan.

Tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta dimaksudkan untuk membersihakan makam orang tua dan leluhur, membuat dan membagikan makanan tradisional, dan berdoa atau selamatan di area makam.

Dalam tradisi Jawa bulan ramadan disebut juga bulan ruwah, sehingga Nyadran disebut juga acara ruwah.

Bagi masyarakat Jawa, Nyadran merupakan tradisi yang penting. Pasalnya, para pewaris tradisi ini menjadikan Nyadran sebagai momentum untuk menghormati para leluhur dan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta.

Di beberapa daerah di Jawa, masyarakat membersihkan makam sambil membawa makanan hasil bumi yang disebut sadranan. Lalu, mereka akan makan bersama-sama di atas daun pisang.

Namun, tradisi Nyadran di setiap daerah di Jawa berbeda-beda. Di Muntilan, Jawa Tengah, masyarakat tidak membawa sadaran (makanan hasil bumi) ketika membersihkan makam.

Masyarakat mempercayai bahwa tradisi Nyadran dengan membersihkan makam adalah simbol pembersihan diri menjelang ramadan. Tidak hanya kepada Pencipta, namun pembersihan diri pada leluhur dan kegangatan persaudaraan.Baca juga: Nyadran, Doa Syukur dan Makan Ala Sorobayan di Atas Tikar

4. Tradisi Popokan

Tradisi ini merupakan upacara adat lempar lumpur di Dusun Sendang, Kecamatan Bringing, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Dilansir dariejournal.undip.ac.id, Laporan Budaya berjudul Popokan: Tradisi Perang Lumpur di Tradisi Desa Sendang Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang oleh Muh Hafidz disebutkan bahwa tradisi ini dilakukan laki-laki yang masih muda.

Mereka saling melempar lumpur satu sama lain di pesawahan desa.

Tradisi ini dilakukan pada Agustus, tepatnya Jumat Kliwon, atau September sesuai masa panen. Tradisi dilakukan setelah acara kirap, tepatnya pukul 15.00 - 15.30 WIB.

Tradisi Popokan merupakan tradisi turun temurun yang masih dilakukan sampai saat ini.

Tradisi ini muncul berdasarkan kesepakatan warga Desa Sendang lalu menjadi tradisi Desa Sendang.

Tradisi dimulai dengan pembersihan mata air atau sendang pada Kamis sore. Setelah shalat Jumat, warga membawa ambeng atau nasi yang bentuknya mirip gunungan dan jajan pasar ke rumah bayan (pengurus kampung) untuk selamatan.

Setelahnya, masyarakat menuju perbatasan desa untuk melakukan kirap dan tradisi Popokan.

Baca juga: Nyadran Agung di Kulon Progo, Puluhan Gunungan Diarak

5. Tradisi Brobosan

Tradisi Brobosan adalah tradisi ketika jenazah yang meninggal diangkat lalu anak cucu yang meninggal secara beriringan menerobos atau melewati jenazah yang diangkat.

Tradisi ini dimulai dengan anak tertua sampai cucu-cucu dengan cara menunduk di bawah keranda jenazah.

Kemudian, mereka mengelilingi jenazah sebanyak 3 sampai 7 kali searah jarum jam.

Makna tradisi ini adalah penghomatan terakhir dari keluarga yang masih hidup kepada jenazah.

Masyarakat Jawa meyakini bahwa nilai-nilai luhur almarhum akan turun kepada anak cucu.

Sumber: tourism.pekalongankota.go.id, menpan.go.id, ejournal.undip.ac.id, antaranews, dan
pariwisata.demakkab.go.id.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com