Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Natal Anak-anak Intan Jaya di Panti Asuhan di Jayapura: Saya Mau Sekolah, di Kampung Ada Perang

Kompas.com - 25/12/2021, 12:55 WIB
Rachmawati

Editor

Musik menjadi salah satu aktivitas utama anak-anak panti. Bukan cuma memicu ekspresi diri, Florry berkata, lewat paduan suara setiap anak dapat mengerti arti kebersamaan.

"Paduan suara tidak membutuhkan penyanyi yang hebat, tapi kekompakan. Jadi mereka harus bersolidaritas, semua memiliki posisi yang sama untuk menghasilkan satu kesatuan musik," ujar Florry.

Nilai saling berbagi juga yang ditekankan Suster Alexia kepada setiap anak di panti pada perayaan natal ini.

Baca juga: Pesta Kembang Api dan Petasan Warnai Natal di Kota Ambon

Momen ini disebutnya mesti digunakan sebagai ajang mengamalkan nilai kasih.

"Natal bukan berarti baju baru atau kue. Kami ajari mereka untuk saling menolong kakak atau adik, seperti Yesus Kristus yang menolong kita setiap saat," kata Alexia.

Bagaimanapun, rombongan anak dari Intan Jaya itu kini masih harus menunggu untuk memulai pendidikan formal mereka di sekolah.

Sebagian besar mereka belum dapat membaca dan berhitung dengan lancar walau sudah duduk di kelas lima.

Pastor Nico berkata, lembaganya memahami situasi itu sebagai kecenderungan yang terjadi pada anak-anak sekolah dasar bahkan menengah di pedalaman Papua.

Baca juga: Mabuk, Pria di Ambon Datangi Pos Pengamanan Natal dan Ambil Senjata Laras Panjang

Anak-anak dari Intan Jaya setiap hari, dalam beberapa jam, didampingi Suster Alexia dan kakak asrama mereka untuk menguatkan kemampuan baca-tulis.

Mempersiapkan mereka untuk masuk ke sekolah formal adalah tujuan awal pendirian Yayasan Putri Kerahiman Papua, kata Pastor Nico.

Lembaga ini tidak hanya menaungi panti asuhan, tapi juga sekolah menengah pertama, menengah atas, dan kejuruan.

"Anak dengan pendidikan yang sangat kurang bermutu datang ke kota untuk melanjutkan sekolah, tapi karena kurang pengetahuan, banyak yang tidak menerima anak-anak dari pedalaman," kata Nico.

"Pembelajaran tambahan tidak diberikan di sekolah lain, tapi sekolah kami justru didirikan untuk mereka."

"Kalau tetap tinggal di pegunungan, anak-anak ini bisa melangsungkan hidup sebagai petani atau peternak. Tapi ada anak yang punya bakat yang lebih spesifik. Untuk mengembangkan bakat yang mereka punya, mereka datang ke kota. Kami berusaha menampung anak-anak ini," ujar Nico.

Baca juga: Pemuda Muslim Jaga Ibadah Natal Sejumlah Gereja di Ambon

Momen berkumpul dan saling berbagi cerita rutin digelar untuk setiap anak di panti, termasuk bagi belasan anak Intan Jaya yang sedang menjalani masa-masa awal kehidupan di tempat tersebut.ALFONS DIMARA via BBC Indonesia Momen berkumpul dan saling berbagi cerita rutin digelar untuk setiap anak di panti, termasuk bagi belasan anak Intan Jaya yang sedang menjalani masa-masa awal kehidupan di tempat tersebut.
Menjadi pengganti orang tua dan mengurus keseharian anak-anak di panti bukan hal sederhana.

Suster Alexia menjalani itu bersama rekannya yang juga seorang biarawati. Keduanya dibantu seorang pengasuh.

Keterbatasan anggaran belum memungkinkan mereka menambah tenaga pengasuh baru. Itu belum termasuk kondisi bangunan panti yang mulai keropos karena dimakan umur.

Pergulatan lainnya adalah bis sekolah yang biasa digunakan untuk mengantar dan menjemput anak-anak panti. Karena berumur puluhan tahun, bis itu kerap mogok.

Baca juga: KKB Berulah Sebanyak 92 Kali di Papua Selama 2021, Korban Jiwa 33 Orang

Walau anak-anak panti tidak menganggapnya sebagai persoalan, Alexia yakin mereka layak mendapatkan situasi yang lebih baik.

"Sesuai misi kongregasi kami, 'menolong saat tidak ada yang menolong', dan 'percaya pada Tuhan'. Walau ada kesulitan, kami percaya akan ada orang yang berbelas kasih," kata Alexia.

Babak baru kehidupan yang dijalani anak-anak dari Intan Jaya, seperti juga yang lebih dulu dilalui kakak panti mereka, diyakini Pastor Nico lebih menjanjikan ketimbang jika mereka bertahan di kampung halaman.

"Memang ada catatan, yang amat sangat penting, bahwa di pedalaman Papua saat ini tidak kondusif. Ada konflik antara orang-orang Papua yang mencita-citakan negara sendiri dan aparat negara yang melawan keinginan itu," kata Nico.

Baca juga: 6 Atlet Peraih Medali PON Papua Terima Bonus dari Pemkot Surabaya, Ini Jumlahnya

Momen natal dan masa adaptasi anak-anak dari Intan Jaya ini hanyalah permulaan bagi jalan panjang mereka meraih cita-cita masa depan. Ratusan anak pernah tinggal di panti itu dan kini telah hidup mandiri.

Namun di Intan Jaya, banyak orang tua masih menanti kesempatan agar anak mereka bisa hijrah ke kota besar, meraih mimpi jauh dari konflik bersenjata.

---

Alfons Dimara, wartawan di Jayapura, berkontribusi untuk liputan ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Sebelum Mutilasi Istrinya, Tarsum Sempat Titipkan Anak dan Ingin Merantau ke Kalimantan

Sebelum Mutilasi Istrinya, Tarsum Sempat Titipkan Anak dan Ingin Merantau ke Kalimantan

Regional
Banjir di Sulsel Tewaskan Belasan Orang, Mitigasi Risiko Dipertanyakan

Banjir di Sulsel Tewaskan Belasan Orang, Mitigasi Risiko Dipertanyakan

Regional
Viral, Video Polisi Razia Kosmetik di Sekolah, Polda Lampung Sebut Misinformasi

Viral, Video Polisi Razia Kosmetik di Sekolah, Polda Lampung Sebut Misinformasi

Regional
Seorang Pria Hilang Diterkam Buaya di Sungai Bele NTT, Tim SAR Lakukan Pencarian

Seorang Pria Hilang Diterkam Buaya di Sungai Bele NTT, Tim SAR Lakukan Pencarian

Regional
Terdampak Kasus Timah, 2 Pabrik Sawit di Babel Berhenti Operasional

Terdampak Kasus Timah, 2 Pabrik Sawit di Babel Berhenti Operasional

Regional
Warga Aceh Utara Diduga Tewas Dianiaya Polisi, Wakapolres: Tidak Ada Pemukulan

Warga Aceh Utara Diduga Tewas Dianiaya Polisi, Wakapolres: Tidak Ada Pemukulan

Regional
Kasus Pembunuhan di Sukabumi, Pelaku Mengaku Membela Diri karena Dipaksa Berhubungan Badan

Kasus Pembunuhan di Sukabumi, Pelaku Mengaku Membela Diri karena Dipaksa Berhubungan Badan

Regional
Bandara Sam Ratulangi Kembali Dibuka, 25 Pesawat Dijadwalkan Terbang Hari Ini

Bandara Sam Ratulangi Kembali Dibuka, 25 Pesawat Dijadwalkan Terbang Hari Ini

Regional
Tertimpa Tembok Roboh, Kakak Beradik di Ende Tewas

Tertimpa Tembok Roboh, Kakak Beradik di Ende Tewas

Regional
Hadir dengan Tema Niscala, Semarang Night Carnival 2024 Tampilkan 4 Unsur Budaya

Hadir dengan Tema Niscala, Semarang Night Carnival 2024 Tampilkan 4 Unsur Budaya

Regional
Meriahnya 'Semarang Night Carnival', Pamerkan Empat Unsur Budaya di Kota Lumpia

Meriahnya "Semarang Night Carnival", Pamerkan Empat Unsur Budaya di Kota Lumpia

Regional
Pengakuan Ibu Potong Tangan Anaknya di Kupang, Merasa Kerasukan Lalu Ambil Pisau

Pengakuan Ibu Potong Tangan Anaknya di Kupang, Merasa Kerasukan Lalu Ambil Pisau

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Siang Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Siang Berawan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com