BANDUNG, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah pengangguran di Jawa Barat mencapai 2,43 juta orang per 5 November 2021.
Sulitnya mencari kerja dipengaruhi sejumlah faktor, mulai dari persaingan yang ketat hingga pandemi yang sempat melumpuhkan ekonomi nasional.
Mencari lapangan kerja di Jawa Barat turut dirasakan kakak adik asal Bandung, Arky (32) dan Rendi (30).
Arky berkisah, sejak lulus SMA tahun 2007 puluhan lamaran kerja ia masukkan ke sejumlah perusahaan. Bahkan ia sempat ngamen di kafe untuk menyambung hidup.
Namun, minatnya di bidang musik menginspirasinya membuat grup musik.
Pada 2017, ia bersama adik dan rekan-rekannya membangun bisnis wedding organizer (WO) bernama Serendipity Planzer.
Namun, baru tiga tahun merintis, pandemi hadir melumpuhkan sektor bisnis WO. Semua klien yang ia pegang memilih memundurkan jadwal hingga membatalkan waktu pernikahan.
"Semua klien memilih mundur dari jadwal, ada yang cancel juga. Pusinglah waktu itu," kata Arky saar dihubungi Kompas.com, Rabu (22/12/2021).
Situasi pandemi pun membuat bisnisnya sulit bertahan. Selama pandemi Arky menganggur dan tak tebersit untuk mencari kerja.
"Ya mau cari kerja ke mana, teman-teman saya saja banyak yang dipecat. Apalagi umur saya sudah segini peluangnya juga kecil," ujarnya.
Untuk melampiaskan stres, Arky pun mengoleksi ikan cupang yang saat itu ia beli seharga Rp 50.000 per ekor.
Tak disangka, selama pandemi minat orang terhadap ikan cupang meningkat. Berbekal sisa tabungannya, ia pun nekat membeli beberapa ekor ikan cupang.
"Saya buat Instagram untuk sekadar posting koleksi. Ternyata ada yang nawar, saya jual Rp 200.000 dan ternyata laku. Saya pun mulai seriuslah," ungkapnya.
Baca juga: Depresi 3 Bulan Menganggur, Suami Bunuh Istri, Saat Ketahuan Warga lalu Coba Bunuh Diri
Bisnisnya pun mulai berkembang. Bahkan, ia sudah melayani pembeli dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, hingga Kanada.
"Pernah ngejual paling mahal Rp 16,5 juta satu ekor untuk jenis black star galaxy. Alhamdulillah sekarang jadi sumber penghidupan saya," kata Arky.
Perjuangan serupa dirasakan adik Arky, Rendi. Pria lulusan S1 Pendidikan Khusus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu sempat bingung mencari kerja sejak keluar sebagai marketing perusahaan asuransi di akhir 2019.
Tak lama setelah ia menikah, pandemi hadir. Sadar sulitnya mencari kerja, Rendy memilih berbisnis jual beli burung.
"Spesifik jenis parrot. Awalnya modal ngutang tuh buat beli satu ekor, beli lagi satu ekor. Dijual sepasang dapat untung," kata ayah dua anak itu.
"Saya rasakan mencari kerja itu sulit apalagi kondisi sekarang. Jadi bagi saya wirausaha pilihan utama," lanjutnya.
Saat ini, ia mengaku sudah menjual sekitar 150 ekor burung.
"Paling mahal pernah ngejual Rp30 juta satu ekor jenis white bellied caique. Alhamdulillah sekarang bisa menghidupi kelurga," jelasnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut jumlah pengangguran di Jawa Barat mencapai 2,43 juta orang. Hal itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis 5 November 2021.
"Walaupun ada penurunan angka pengangguran sebesar 0,64 persen dari tahun lalu, namun angka tersebut masih termasuk tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia," kata Emil, sapaan akrabnya, saat memberikan sambutan pada acara peluncuran Aplikasi Jabar Migrant Service Center (JMSC) dan Job Fair Jabar Online tahun 2021 di Gedung Sate Bandung, Selasa (21/12/2021) kemarin.
Emil mengatakan, tingginya angka pengangguran di Jabar disebabkan sejumlah faktor. Salah satunya jumlah penduduk yang banyak serta pengaruh pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap sektor ketenagakerjaan formal.
"Berdasarkan data BPS, pekerja yang terdapak akibat pandemi Covid-19-19 di jawa barat sebesar 460.000 orang. Angka tersebut mengalami perbaikan setelah terdapat penurunan sebesar 240.000 orang apabila dibandingkan dengan tahun 2020," kata dia.
Baca juga: Menganggur Saat Pandemi, WNA Belgia Jual Ayam Panggang di Yogyakarta
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat Taufik Garsadi membenarkan data tersebut.
Ia menyebut, pengangguran paling banyak diproduksi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
"Memang yang paling tinggi lulusan SMK karena kalau SMA hampir sebagian besar meneruskan (kuliah). Kalau SMK rata-rata langsung kerja," kata Taufik saat dihubungi lewat telepon seluler, Rabu (22/12/2021).
Selain karena jumlah penduduk yang banyak dan pengaruh pandemi, Taufik menyebut persaingan kerja di Jabar sangat sengit seiring dengan banyaknya pencari kerja dari luar provinsi khususnya ke kawasan industri seperti Bekasi dan Karawang.
"Jabar itu daerah tujuan dari mana-mana, karena kita punya upah tertinggi otomatis semua orang ingin kerja di situ jadi ada persaingan dengan warga lokal," ucap Taufik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.