KOMPAS.com - Sosok Agus Suyitno (61), menjadi perbincangan di media sosial setelah video yang memperlihatkan dirinya mengadang pengendara motor yang hendak menerobos pelintasan kereta api.
Dalam video yang viral itu, terlihat pria yang akrab disapa Pak Yit itu langsung melompat ke depan sebuah motor yang hendak menerobos pelintasan kereta api tanpa palang pintu.
Pak Yit sedikit terpental saat menahan motor yang membawa dua remaja perempuan tersebut. Peristiwa itu terjadi pada Senin (6/12/2021).
Sekitar tiga detik setelah Pak Yit menahan motor tersebut, sebuah kereta melintas dari arah barat.
"Kemarin (Senin) sudah mental (terpental) saya. Kalau saya mental, saya sendiri dan dua orang di motor itu yang kena tabrak kereta," kata Pak Yit saat berbincang di pelintasan kereta Jalan Kuncoro, Kecamatan Sambigede, Malang, Kamis (9/12/2021).
Pak Yit menceritakan, kedua orangtua remaja yang berada di motor itu menemuinya keesokan harinya. Mereka menangis dan meminta maaf kepada Pak Yit.
"Besok paginya langsung ke sini. Berterima kasih dan minta maaf," jelasnya.
Baca juga: Saya Ingin Orang yang Melintas Selamat...
Saat wawancara, Pak Yit terlihat bergegas berdiri ke arah pelintasan kereta ketika jam tangannya menunjukkan pukul 11.36 WIB.
Pak Yit menutup palang pintu pelintasan dari arah selatan. Dengan sigap, ia pindah ke arah utara untuk menghentikan kendaraan karena tak ada palang pintu di sisi tersebut.
Tak lama kemudian, rangkaian kereta api melintas dari arah timur.
"Saya ingin orang yang melintas selamat," kata Pak Yit.
Setidaknya, ada 20 perjalanan kereta dalam sehari yang melintas di sana. Pak Yit mengaku sudah hapal jadwal tersebut karena terbiasa.
Pak Yit memakai jam tangannya untuk melihat jadwal kereta tersebut.
"Sudah hapal jadwalnya," katanya.
Pelintasan sebidang yang dijaga Pak Yit dari pukul 04.30 hingga 21.00 WIB itu masuk dalam kategori rawan. Pelintasan itu berada di samping jalan raya yang merupakan akses utama Malang-Blitar.
Pengendara kerap tak mengetahui kedatangan kereta api, khususnya saat rangkaian datang dari arah yang sama.
Dibayar Rp 2 juta setahun
Sudah 20 tahun Pak Yit bekerja sebagai penjaga pelintasan. Namun, baru dua tahun terakhir ia bekerja secara resmi dan mendapat upah.
Awalnya, Pak Yit bekerja secara sukarela menjaga pelintasan itu saat masih menjadi pengemudi becak. Pekerjaan itu dilakukan sukarela sembari menunggu penumpang di sekitar pelintasan.
Sekitar dua tahun lalu, Pak Yit diangkap pemerintah desa setempat sebagai petugas penjaga pelintasan. Ia pun mendapat upah Rp 2 juta setahun.
"Dibayar Rp 2 juta setahun. Seharinya ketemu Rp 5.000," katanya.
Untuk menambah pemasukan, Pak Yit membuka warung kopi di lokasi tersebut.
Menurut Pak Yit, upah sebesar Rp 2 juta itu sudah cukup. Apalagi, ia menjaga pelintasan itu karena niat ingin menolong pengendara agar tidak celaka.
"Untuk saya (uang Rp 2 juta setahun) itu besar. Karena bisa menolong orang yang apes," kata Pak Yit.
"Jadi tujuan saya menolong orang banyak supaya yang lewat sini selamat," tambahnya.
Meski sudah dijaga, masih banyak pengendara yang nekat hendak menerobos.
"Masih ada aja yang nekat. Alasannya tidak mendengar (bunyi kedatangan kereta), tidak ketahuan (keretanya)," kata Pak Yit.
(KOMPAS.com/Kontributor Malang, Andi Hartik)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.