SINTANG, KOMPAS.com - Banjir telah merendam Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) selama dua pekan.
Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dua orang meninggal dunia dan 87.496 terdampak banjir.
Banjir juga merendam 21.000 unit rumah, sarana tempat ibadah, dan lima unit jembatan.
"Satu orang yang meninggal dunia ditemukan di Kecamatan Tempunak dan satu lainnya di Kecamatan Binjai, Kabupaten Sintang, Kalbar," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan tertulis yang diterima Minggu (7/11/2021).
Baca juga: Dua Pekan Sintang Kalbar Terendam Banjir, Akses Kendaraan Dalam Kota Nyaris Lumpuh
Abdul menerangkan, banjir terjadi akibat hujan dengan intensitas tinggi Kamis (21/10/2021) pukul 10.00 WIB, dengan tinggi muka air awal sekitar 300 sentimeter.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sintang masih berupaya melakukan pendataan di lapangan terkait korban meninggal dunia maupun luka-luka lainnya.
Abdul menyebutkan, terdapat 12 kecamatan yang hingga kini masih terendam banjir.
12 kecamatan tersebut yakni Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan Binjai Hulu, Kecamatan Sintang, Kecamatan Sepauk, Kecamatan Tempunak, Kecamatan Ketungau Hilir, Kecamatan Dedai, Kecamatan Serawai, Kecamatan Ambalau, Kecamatan Sei Tebelian dan Kecamatan Kelam Permai.
"Menurut laporan BPBD setempat, saat ini kondisi di jalan lintas provinsi - kabupaten masih tidak bisa dilewati untuk kendaraan disebabkan ruas jalan masih digenangi banjir," kata Abdul.
Baca juga: 12 Kecamatan di Sintang Terendam Banjir, PTM Terbatas Dihentikan
Selain itu, akses listrik dan komunikasi di lapangan belum beroperasi normal.
Pemerintah Kabupaten Sintang telah menetapkan status tanggap darurat banjir, yang berlaku pada 19 Oktober hingga 16 November 2021.
"Hasil kajian, Kabupaten Sintang memiliki potensi risiko banjir sedang hingga tinggi. Kejadian banjir ini merupakan fenomena berulang apabila tidak ditindaklanjuti dengan pengelolaan risiko secara baik," ucap Abdul.
Abdul mengimbau, pemerintah daerah setempat untuk dapat menyiapkan program jangka pendek hingga jangka panjang, seperti pembersihan saluran air hingga tata kelola air wilayah.
"Hal ini sebagai upaya pencegahan bahaya bencana hidrometeorologi basah, antara lain banjir, banjir bandang, tanah longor atau angin kencang," pinta Abdul.
Di samping itu, lanjut Abdul, tim BPBD Kabupaten Sintang juga terus memantau perkembangan di lapangan dan mengimbau kepada masyarakat agar lebih meningkatkan kewaspadaan serta kesiapsiagaan mengamankan anggota keluarga termasuk harta benda.
"Masyarakat juga diimbau untuk waspada terhadap aliran listrik dari kabel yang terendam air. Tak lupa juga, protokol kesehatan perlu ditingkatkan guna mencegah penyebaran Covid-19, khususnya di area tempat permukiman warga," tutup Abdul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.