Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Sirkular Pengelolaan Sampah Jabar Bersama Octopus, "Pemulung" Bisa Berpenghasilan Rp 10 Juta

Kompas.com - 07/11/2021, 07:30 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Belum lama ini, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meluncurkan program pengelolaan sampah berbasis digital untuk menerapkan konsep ekonomi sirkular.

Untuk menjalankan program ini, pria yang kerap disapa Emil tersebut menggandeng Octopus sebagai mitra dalam pengelolaan sampah, terutama sampah botol plastik.

Emil mengatakan, kolaborasi tersebut diharapkan dapat menyempurnakan ekonomi sirkular di Jabar sekaligus membiasakan masyarakat untuk memilah dan mengolah sampah.

Baca juga: Warga Minta Pemkot Serang Bayar Rp 2,5 Miliar Kompensasi Sampah Tangsel, Wali Kota: Kirimnya Baru 3 Bulan, Diminta Bayar Setahun

Lebih dari itu, memilah dan memilih sampah ini selain menyelamatkan lingkungan juga bisa menghasilkan uang.

“Yang bikin saya terharu, ini bisa menyejahterakan pelestari lingkungan sampai ada tadi (pemulung/pelestari) yang pendapatannya mencapai Rp 6 juta sampai Rp 10 juta,” imbuhnya.

Menurut Emil, ekonomi sirkular lebih dari sekadar pengelolaan sampah karena mencakup keseluruhan proses produksi, distribusi, dan konsumsi dari hulu hingga hilir rantai pasok. Banyak pihak yang akan terlibat dalam ekonomi sirkular.

Baca juga: Ekonomi Sirkular Diterapkan dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan

Kolaborasi dengan Octopus

Kolaborasi dengan Octopus, sambung Emil, menjadi langkah awal untuk menyempurnakan pengelolaan sampah berbasis digital di Jabar. Octopus sendiri memiliki teknologi canggih berupa aplikasi.

Di mana sampah bisa kembali menjadi barang berguna secara 100 persen dan teknologi canggihnya sudah ada di Padalarang, Bandung Barat.

“Saya bangga sirkular sampah di Jabar bisa hadir, kita jadikan provinsi ini terbaik dalam pengelolaan lingkungan sehingga bisa hidup lebih bersih dan asri,” tambahnya.

Aplikasi Octopus ini sudah dapat diunduh. Nanti, masyarakat dapat menyetor sampah ke pelestari lingkungan untuk didaur ulang oleh PT Namasindo Plas.

 

Semua warga bisa gunakan Octopus

Salah satu kelebihan aplikasi Octopus, ucap Emil, adalah user friendly atau ramah pengguna. Dengan begitu, semua lapisan masyarakat dapat mengoperasikan Octopus dan berkontribusi menjaga kelestarian lingkungan.

"Sehingga 2022 menjadi tahun kebangkitan pelestari lingkungan yang luar biasa. Ini kerja kolaborasi sehingga membantu existing system yang sudah lumayan bagus gerakannya menjadi lebih sempurna,” ucapnya.

Selain itu, kelebihan Octopus ini menyederhanakan proses. Jadi tinggal download aplikasinya terus nanti seperti order online, pelestari atau pemulungnya ini yang akan datang ke rumah untuk mengambil sampahnya dan melakukan bid.

Saat ini, aplikasi digital ini baru bisa dilakukan di Kota Bandung. Ia berharap, dalam enam bulan ke depan bisa diterapkan di 27 Kabupaten/Kota se-Jabar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com