LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com - Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) melakukan pemanfaatan teknologi digital guna mengembangkan sektor produksi di bidang pertanian.
Melalui Direktorat Ekonomi Digital, Kominfo membangun fasilitas teknologi berupa sensor tanah dan cuaca.
Salah satunya pilot project teknologi tersebut berlokasi di Desa Bilebante, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat yang sudah berlangsung sejak pertengahan tahun 2021.
Adapun pemanfaatan alat teknologi sensor tanah dan cuaca ini dapat digunakan para petani dalam mengambil keputusan terhadap rencana maupun penindakan terhadap kondisi tanaman pertanian.
Baca juga: Jadi Tersangka Korupsi, Mantan Direktur RSUD Lombok Utara Kembalikan Uang Rp 100 Juta
Diketahui, sensor cuaca tersebut dapat membaca suhu udara, curah hujan dan lainnya.
Sementara, untuk alat teknologi sensor tanah dapat memberikan parameter di antaranya kelembapan tanah, suhu tanah, dan PH tanah.
"Manfaatnya adalah para petani itu bisa berbudidaya pertanian dengan menggunakan alat teknologi, seperti sensor cuaca, yang berfungsi untuk menentukan iklim cuaca, suhu, arah angin, kecepatan angin, cuaca hari ini, kemudian sensor tanah membaca unsur hara yang terdapat di dalam tanah," kata Koordinator Inisiatif Digital Sektor Strategis l Kominfo, Wijayanto saat menghadiri panen raya di Desa Bilebante, Kamis (4/11/2021).
Wijayanto menuturkan, cara kerja alat teknologi tersebut dipasangkan di daerah pertanian.
Kemudian, para petani dapat berkonsultasi menggunakan aplikasi di ponsel pintar Android, yang di dalamnya terdapat fitur menu untuk melaporkan kondisi pertanian.
"Sensor ini mengirimkan data ke pada kami di Jakarta, dan dari sana kami sampaikan rekomendasinya ke handphone-nya si petani, komoditas apa yang harus ditanam," kata Wijayanto.
Wijayanto menyebutkan dengan adanya pemanfaatan teknologi di sektor pertanian ini dapat memberikan hasil yang maksimal dan efesien menghemat biaya produksi.
"Selama ini kan tanpa teknologi pokoknya saya kasih pupuk yang banyak, otomatis tanamannya subur enggak juga gitu. Ya kita kalau ingat, kalau makanan enak, makanya tidak harus berlebihan, sama halnya dengan di pertanian, pupuknya harus diatur, kadar airnya," kata Wijayanto.
Wijayanto menuturkan, memang saat ini pihaknya masih belum mengetahui perbedaan hasil pertanian yang menggunakan teknologi tersebut dengan teknologi pertanian konvensional, karena baru awal melakukan pemanenan di Desa Bilebante.