Adapun Kinerja investasi Jatim di periode ini masih didominasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan nilai Rp 36,4 triliun yang didominasi sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran dengan kontribusi sebesar 52,6 persen.
PT Mitrakarya Multiguna merealisasikan investasi sebesar Rp1,4 triliun di Kota Surabaya.
Sedangkan PMA memberikan kontribusi sebesar Rp 16,3 triliun di mana didominasi sektor pertambangan dengan kontribusi 26,4 persen.
PT Freeport Indonesia merealisasikan investasi (USA) sebesar Rp1,4 Triliun di Kabupaten Gresik.
"Pada periode ini, investasi Jatim didominasi sektor Industri Makanan dengan nilai Rp 10,5 triliun, setara dengan 19,9 persen dari total investasi Jatim," ucap Khofifah.
Baca juga: Antisipasi Banjir, Khofifah Minta Rumah Pompa Dicek Berkala
Sementara itu, dari sisi spasial, investasi di Jatim masih terkonsentrasi di zona Ring I meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Gresik, Kabupaten dan Kota Mojokerto dan Kabupaten dan Kota Pasuruan.
Hal ini menuntut adanya upaya penguatan iklim investasi di zona luar Ring I guna pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Maka dari itu, Khofifah meminta pemerintah kabupaten/kota untuk terus melakukan berbagai inovasi agar layanan perizinan yang diberikan semakin adaptable.
Selain itu, tiap permasalahan yang dihadapi investor harus difasilitasi secara efektif dan efisien.
Kemudian, yang tak kalah penting adalah tersedianya Investment Project Ready to Offer (IPRO) untuk menarik minat investor.
"Saat ini Jawa Timur sudah terhubung dengan jalan tol Trans Jawa sehingga sangat potensial untuk pengembangan industri di daerah kabupaten yang dilewati akses tol," kata Khofifah.
Arus barang dan jasa serta mobilisasi orang semakin lancar yang tentu akan meningkatkan efisiensi.
"Hal ini harus diimbangi dengan inovasi-inovasi perizinan di daerah guna menggaet investor masuk," imbuh dia.
Khofifah mengungkapkan, jika kinerja investasi Jatim hingga triwulan III 2021 masih on the track.
Berdasarkan parameter ICOR Incremental Capital-Output Ratio (ICOR), Jatim selalu lebih rendah dibanding nasional, hal ini menggambarkan bahwa Jatim menawarkan efisiensi yang lebih tinggi dan timbal balik yang lebih menguntungkan.
Sementara riset Asia Competitiveness Institute – Lee Kuan Yew, tahun 2019 menunjukkan hasil Jawa Timur berada pada peringkat pertama dalam hal tingkat kemudahan berbisnis di Indonesia, dan peringkat kedua setelah DKI Jakarta pada parameter tingkat daya saing provinsi.
"Kita berharap dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang kita miliki satu kuartal ke depan kinerja realisasi investasi di Jatim Insya Allah semakin meningkat," kata Khofifah.
"Saya optimistis hal ini bisa tercapai seiring situasi pandemi Covid-19 di Jatim semakin terkendali. Pun dengan jumlah penduduk yang telah divaksinasi," ujar Khofifah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.