KUPANG, KOMPAS.com - Sejumlah pejabat dan pemerhati lingkungan di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar kegiatan penyelaman di perairan Pulau Buaya, Kecamatan Alor Barat Laut.
Mereka menurunkan arca batu berbentuk moko (nekara perunggu) ke dasar laut.
Arca Batu berbentuk Moko ini terbuat dari cor semen.
Baca juga: Dipukul Guru karena Tak Kerjakan PR, Siswa SMP di Alor Meninggal
Kapolres Alor AKBP Agustinus Christmas, ikut menyelam ke dasar laut, bersama tim selam dari Yayasan TAKA, Nautika Dive Alor, komunitas divers, penyelam tradisional yang merupakan nelayan Pulau Buaya.
Agustinus mengaku, diajak langsung oleh Yayasan TAKA untuk menurunkan arca batu berbentuk Moko ke dasar laut.
Moko, kata Agustinus, melambangkan kehormatan bagi masyarakat kabupaten Alor
Moko juga kerap digunakan sebagai mas kawin adat masyarakat Alor.
"Arca batu berbentuk Moko ini sendiri dimaksudkan sebagai tempat kembali tumbuhnya terumbu karang yang diketahui sudah banyak rusak di perairan sekitar Pulau Buaya," ujar Agustinus kepada Kompas.com, Jumat (29/10/2021).
Baca juga: Gerai Vaksinasi Covid 19 Terapung di Alor, Jangkau Masyarakat Pulau Terluar, Sehari Sasar 493 Orang
Agustinus pun mengapresiasi kegiatan tersebut sebagai wujud kepedulian para pemuda terhadap konservasi alam.
Menurutnya, kegiatan seperti itu harus didukung sebagai bagian dari sinergitas untuk menjaga ekosistem laut.
"Jadikan momen sumpah pemuda sebagai momen kita bersama untuk pemuda pemudi bangsa turut ambil bagian dari kegiatan konservasi alam," kata Agustinus.
Baca juga: 2 Pelaku Perusakan Ambulans di Alor Ternyata Buronan, Pernah Rusak Lapak Ikan di Kupang
Agustinus mengatakan, sekitar bulan September 2021 lalu, Satpolairud Polres Alor membekuk sejumlah nelayan yang melakukan penangkapan ikan menggunakan bom ikan di sekitar perairan Pulau Buaya.
Akibatnya, sejumlah terumbu karang menjadi rusak.
Sehingga dengan adanya kegiatan menuturkan arca batu itu, bisa mengembalikan terumbu karang untuk bisa tumbuh kembali.
"Selain melakukan penegakan hukum kepada nelayan yang menangkap ikan pakai bom, kita melakukan kegiatan preventif yaitu dengan melakukan pembinaan masyarakat melalui sosialisasi," ungkap Agustinus.
"Kemudian memberikan saran masukan kepada kelompok nelayan di Pulau Buaya untuk tidak menangkap ikan menggunakan bom ikan, namun menggunakan rumpon atau lampara sehingga tidak mengganggu ekosistem laut," lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.