Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pedagang Cilok Beralih Jadi YouTuber, Kini Penghasilannya Rp 10 Juta per Bulan

Kompas.com - 25/10/2021, 09:07 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANYUMAS, KOMPAS.com - Kampung Youtuber di Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melahirkan banyak konten kreator yang sukses.

Cerita sukes itu salah satunya datang dari Sutirwan (45) alias Angger Pradesa, seorang mantan pedagang cilok keliling.

Pemilik channel Angger Pradesa ini menceritakan, titik balik perjalanannya diawali pertemuannya dengan Siswanto (38) alias Siboen, pria yang menjadi inisiator Kampung YouTuber.

Baca juga: Kisah Siboen, YouTuber Lulusan SD Berpenghasilan Capai Rp 150 Juta per Bulan (1)

Sebelumnya Siboen kerap membuat konten YouTube dengan memborong dagangannya. Ia lantas menemui Siboen untuk belajar menjadi YouTuber.

Angger, demikian sapaannya, berkeinginan mengikuti jejak kesukesan Siboen.

"Saya tertarik menjadi YouTuber untuk menambah penghasilan. Jualan cilok kadang sehari habis, kadang sampai tiga hari, kadang sampai modal habis," kata Angger saat ditemui, belum lama ini.

Youtuber Siboen Nugroho, warga Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.KOMPAS.COM/FADLAN MUKHTAR ZAIN Youtuber Siboen Nugroho, warga Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Pria yang putus sekolah pada kelas 3 SD ini menceritakan, mulai berjualan cilok keliling sekitar tahun 2002.

"Setelah menikah saya jualan cilok keliling, sekitar tahun 2002. Awalnya dipikul, kemudian pakai gerobak dorong, tapi waktunya habis di jalan, jadi saya kredit motor," tutur Angger.

Baca juga: Cerita Siboen, YouTuber Berpenghasilan Rp 150 Juta, Sempat Dikira Pesugihan (2)

Namun impiannya menjadi YouTuber terkendala peralatan, karena ia hanya memiliki ponsel jadul tanpa kamera.

Ia lantas membongkar celengan yang dikumpulkan bertahun-tahun.

"Saya dapat uang sekitar Rp 2 juta. Saya ditemani Mas Siboen membeli ponsel, sampai sana saya sempat termenung karena uangnya kurang. Akhirnya kekurangannya dibayari Mas Siboen," kisah Angger.

 

Sutirwan alias Angger Pradesa bersama istrinya Tarinah, youtuber asal Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.KOMPAS.COM/FADLAN MUKHTAR ZAIN Sutirwan alias Angger Pradesa bersama istrinya Tarinah, youtuber asal Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Berbekal ponsel baru, malam itu juga ia mengikuti Siboen membuat konten misteri di hutan sekitar desa.

"Malam itu saya langsung dapat memenuhi jam tayang untuk monetisasi, jumlah subcriber juga lumayan. Kebetulan waktu itu dari beberapa teman yang bareng tidak bisa live, hanya saya yang bisa," kata Angger.

Namun waktu itu ia belum bisa mencairkan uangnya. Setelah kurang lebih tiga bulan ia baru mendapat uang pertama dari YouTube.

Baca juga: Dituduh Lakukan Pesugihan, Siboen Akhirnya Membuat Kampung YouTuber (3)

Sejak saat itu, ia semakin meyakinkan hatinya untuk menjadi seorang YouTuber.

"Pagi saya menyiapkan cilok, siang berjualan sambil ngevlog. Sepulang jualan, malam harinya saya buat konten misteri," ujar Angger.

Saat itu kontennya sangat sederhana, yaitu berisi live berjualan cilok keliling desa.

Namun sejak pandemi Covid-19, Angger memutusukan tidak lagi berjualan cilok.

"Sejak awal pandemi Covid-19 saya berhenti berjualan cilok dan fokus di YouTube, karena jualannya sepi, gang-gang ditutupi semua," kata Angger.

Baca juga: Cerita YouTuber Jennie Linando, dari Konten Rujak Viral hingga Mukbang Bareng Ojol, Tembus 595.000 Subscriber

Mulai tahun 2019 Angger mencoba mengubah konten di channel miliknya. Ia mencoba membuat konten konten yang berada, yaitu memasak makanan tradisional di alam bebas.

Konten tersebut berisi kegiatan mencari bahan makanan di hutan dan memasaknya di alam bebas.

Angger mengaku tidak mudah ketika harus mengubah konten videonya. Apalagi kini ia harus berbicara di depan kamera.

Sebelumnya, ketika live berjualan cilok ia tidak perlu berbicara di depan kamera.

"Saking bodohnya saya, kalau ngomong di depan kamera sering salah," kelakar Angger.

Ia tak sendirian, pembuatan konten itu juga melibatkan istri dan ibu mertuanya.

Bahkan, sesekali anaknya yang masih berusia sembilan tahun, Salsabila juga masuk dalam frame video.

Baca juga: Berawal dari Video Sisa Liputan, Larasati Bisa Hidupi Keluarga dengan Hasil Google AdSense

Sang istri, Tarinah (36), seorang mantan TKI ini bertugas sebagai kameramen. Sedangkan ibu mertua bertugas memasak bersama Angger.

Pada sesi akhir video, mereka menyantap bersama makanan tersebut di alam bebas.

"Makanan yang saya buat konten ini merupakan makanan yang terbiasa saya makan sejak kecil dulu," kata Angger.

Untuk proses editing dilakukan Angger bersama istrinya hanya dengan menggunakan ponsel.

"Anggak punya komputer soalnya, adanya ponsel," ujar Agger.

Saat ini channel Angger Pradesa telah memiliki 103.000 subcriber.

"Youtuber harus kreatif, harus ditekuni. Seperti orang memelihara kambing, kalau tidak diurus tidak akan menghasilkan keuntungan," kata Angger.

Baca juga: Budiono Sukses, YouTuber Surabaya yang Meraup Dollar dari Konten Kuliner

Salah satu kunci kesuksesannya yaitu konsisten mengunggah konten. Awaknya ia mengunggah video dua kali dalam sepekan.

Namun kini ia menguggah video empat hari sekali, karena memerlukan waktu untuk pembuatan video mulai dari mencari bahan hingga memasaknya.

 

Untuk mendukung profesi barunya sebagai Youtuber, Angger pun menyulap ladang miliknya yang tak terlalu luas menjadi studio alam. Ladang tersebut hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya.

Ladang itu ditanami berbagai macam sayuran untuk keperluan pembuatan konten. Di lokasi itu pula ia mengambil video proses memasak dan makan bersama.

"Kadang saya mencari bahan ke kebun orang, kemudian memasak di sini. Dulu sempat juga memasak di pinggir sungai, tapi ibu sudah tidak kuat jalan jauh," ujar Angger.

Baca juga: Cerita YouTuber Pak Bhabin Herman Buat Konten karena Hobi, Tujuannya Edukasi

Angger bersama istrinya mengaku sangat bersyukur, meski penambahan jumlah subcriber berjalan lambat, penghasilan dari Youtube lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

"Sekarang rata-rata saya dapat Rp 10 juta per bulan, kadang lebih, kadang juga kurang. Sebagian uangnya saya pakai untuk investasi tanah," kata Angger malu-malu.

Angger juga memiliki banyak penggemar.

"Kadang ada subcriber yang kalau ketemu tiba-tiba minta foto, awalnya saya malah kaget," ujar Angger.

Namun ada pula yang tidak menyukai kontennya.

"Kalau ada haters kita cuekin aja, kadang malah saya kasih love komenatarnya," kata Angger.

Angger mengaku tak menyangka akan menjadi seorang YouYuber.

Angger menceritakan, sejak kecil terbiasa hidup susah. Ia tinggal bersama kakek dan neneknya di pinggir hutan.

Ia juga terpaksa putus sekolah saat duduk di bangku kelas 3 SD, karena tak punya biaya.

Baca juga: Bersama Istri asal Prancis, YouTuber Indra Budiman Raih Jutaan Rupiah dari Konten Begini di Lombok

Angger kemudian menjadi penggembala kerbau sambil membantu kakek dan neneknya, termasuk memasak.

Setelah dewasa Angger sempat menjadi penyiar radio amatir di desanya. Ia siaran membawakan acara dangdut selama kurang lebih lima tahun.

Tarinah pun kini mulai mengikuti jejak kesuksesan Angger.

Tarinah mulai merintis channel sendiri dengan nama Mawar Mukbang dan Mawar KSG.

"Kontennya isinya makan buah, nasi dan lainnya," tutur Tarinah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Erik 20 Tahun Jadi Relawan Tagana demi Kemanusiaan

Cerita Erik 20 Tahun Jadi Relawan Tagana demi Kemanusiaan

Regional
50 Caleg Terpilih di Kabupaten Semarang Ditetapkan, Ini Rinciannya

50 Caleg Terpilih di Kabupaten Semarang Ditetapkan, Ini Rinciannya

Regional
Wakil Bupati Sumbawa Daftar Penjaringan Cabub di Partai Nasdem

Wakil Bupati Sumbawa Daftar Penjaringan Cabub di Partai Nasdem

Regional
Respons NasDem soal Kantornya di Labuhanbatu Disita KPK

Respons NasDem soal Kantornya di Labuhanbatu Disita KPK

Regional
Kasus Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Pos Ronda

Kasus Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Pos Ronda

Regional
Anies Minta Grup Jangan Bubar, Perjuangan Belum Selesai

Anies Minta Grup Jangan Bubar, Perjuangan Belum Selesai

Regional
Sepekan Pantura Sayung Banjir Rob dan Jalan Demak-Kudus Tersendat, Sopir Truk: Lelah, Boros Solar

Sepekan Pantura Sayung Banjir Rob dan Jalan Demak-Kudus Tersendat, Sopir Truk: Lelah, Boros Solar

Regional
Simpan Narkoba di Rumah Dinas, Oknum Camat Ditangkap Polisi

Simpan Narkoba di Rumah Dinas, Oknum Camat Ditangkap Polisi

Regional
Semarang Night Carnival, Lalu Lintas di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran Dialihkan

Semarang Night Carnival, Lalu Lintas di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran Dialihkan

Regional
PDI-P Solo Minta Cawalkot yang Diusung Bertanggung Jawab Sejahterakan Masyarakat dan Tak Pindah Parpol Lain

PDI-P Solo Minta Cawalkot yang Diusung Bertanggung Jawab Sejahterakan Masyarakat dan Tak Pindah Parpol Lain

Regional
Terima Penghargaan dari Pemprov Jateng, Kota Semarang Jadi yang Terbaik dalam Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka

Terima Penghargaan dari Pemprov Jateng, Kota Semarang Jadi yang Terbaik dalam Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka

Regional
APBD Kalteng Meningkat 2 Kali Lipat dalam 8 Tahun, Capai Rp 8,79 Triliun pada 2024

APBD Kalteng Meningkat 2 Kali Lipat dalam 8 Tahun, Capai Rp 8,79 Triliun pada 2024

Regional
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Regional
Pegawai Bea Cukai Ketapang yang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Burung Dicopot

Pegawai Bea Cukai Ketapang yang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Burung Dicopot

Regional
Kelola Air Tanpa Izin di Gili Trawangan, 2 Direktur Perusahaan Jadi Tersangka

Kelola Air Tanpa Izin di Gili Trawangan, 2 Direktur Perusahaan Jadi Tersangka

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com