Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imam Bentuk Kampung YouTuber di Bondowoso, Lewat Konten Bermanfaat Raih Puluhan Juta Rupiah Per Bulan

Kompas.com - 24/10/2021, 07:30 WIB
Bagus Supriadi,
Khairina

Tim Redaksi

BONDOWOSO, KOMPAS.com – Imam Januar, warga Dusun Posong, Desa Tapen, Kecamatan Tapen merupakan sosok penggerak kampung YouTuber di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Pria 34 tahun itu mulai menjadi YouTuber pada tahun 2017 lalu sampai sekarang.

“Tahun 2017 itu ekonomi saya drop, akhirnya saya ingin cari sampingan,” kata Imam pada Kompas.com via telepon, Sabtu (23/10/2021).

Saat itu, Imam bekerja sebagai karyawan di toko baju sejak tahun 2006. Namun dia merasa jenuh dan ingin mencari penghasilan lain.

Dia mencari inspirasi di mesin pencarian Google dengan kata kunci "cara mendapatkan uang dari internet". Sebab dirinya tidak memiliki modal uang untuk membuka usaha.

Baca juga: Kisah Youtuber Situbondo Raih Jutaan dari Bikin Konten Tutorial Furniture hingga Bisa Beli Mobil

Selanjutnya, Imam mendapatkan informasi bahwa YouTube bisa menghasilkan uang. Dia mulai membuat akun YouTube. Namun, proses mengembangkan YouTube selalu gagal karena tidak tahu caranya.

“Akhirnya saya coba cari seorang guru tanya sana-sini tidak ada yang merespon,” ucap dia. Dia mencari guru ke sejumlah grup YouTube di Facebook, namun selalu dicueki.

Akhirnya, Imam belajar secara otodidak dan belajar dari kesalahan selama 6 bulan. Dia membuat konten tentang kesehatan menggunakan HP. Konten yang ia buat sederhana dan mudah digarap.

“Saya pilih konten sederhana karena tidak punya modal. Saya pilih konten yang abadi dan bermanfaat,” jelas dia.

Baca juga: Kisah Salendra, YouTuber di Pekanbaru, Berawal Hobi Mancing hingga Kini Bisa Menggaji Tim

Seperti konten cara mengobati sakit gigi yang dibutuhkan oleh banyak orang.

Pelan tapi pasti, kegigihan membuatnya memperoleh hasil. Pada bulan kesembilan, dia sudah mendapatkan penghasilan pertama dari YouTube. Nilainya sangat fantastis, yakni Rp 45 juta.

“Itu awalnya saya tidak percaya, itu kan nilai di akun YouTubenya,” tambah dia.

Dia baru percaya setelah uang itu bisa masuk ke rekening senilai Rp 45 juta. Sejak itulah, dirinya bertambah semangat untuk terus menekuni YouTube.

“2018 saya terus mencoba untuk lebih tekun,” ujar dia.

Berbagi Ilmu 

Selanjutnya, ilmu yang diperoleh tentang YouTube itu dibagikan pada para YouTuber pemula. Dia ingin balas dendam pada YouTuber lain yang pelit ilmu.

“Biar dia membuka mata hatinya, bahwa ilmu itu bisa di-copy, tapi rezeki tidak bisa di-paste,” tutur dia.

Dia membagi ilmunya di Facebook dan banyak yang berminat dari luar kota untuk belajar. Bahkan, ada beberapa YouTuber pemula yang datang ke rumahnya untuk belajar.

Dia belum berani untuk berbagi ilmu pada pemuda sekitar, karena belum percaya dengan penghasilan yang didapat dari YouTube.

“Saya dibilang korupsi hinggga pelihara tuyul,” aku dia.

Baca juga: Cerita Uda Rio, YouTuber dengan Konten Berbahasa Minang, Kini Berpenghasilan Puluhan Juta Rupiah

Namun, karena banyak YouTuber dari luar kota yang datang ke rumahnya. Akhirnya, pemuda sekitar baru percaya tentang potensi YouTube. Saat itulah, dia mulai membagikan ilmunya pada para pemuda di kampungnya.

“Sejak itu banyak orang-orang yang ingin belajar,” tutur dia.

Cara Menarik Subscriber YouTube

 

Imam mengibaratkan subscriber merupakan pelanggan, sedangkan YouTube adalah toko. Agar menarik pelanggan atau subscriber, maka harus menjual atau mengunggah konten yang yang bernilai. Baik itu menghibur atau bermanfaat.

“Tanpa disuruh akan subscribe sendiri,” ujar dia.

Setelah warga tidak asing dengan YouTube, dia ingin menjadikan dusunnya sebagai kampung YouTuber. Tujuannya untuk mengurangi angka pengangguran.

“Anak yang baru lulus sekolah, ke Bali cari kerjaan, sekarang anak muda di sini kayak gampang cari penghasilan,” jelas dia.

Bahkan sudah ratusan pemuda yang belajar YouTube. Dia berpesan agar ilmu yang meraka dapat terus disebarkan.

Dapat Puluhan Juta dari YouTube

Meskipun sudah mendapatkan penghasilan puluhan juta dari YouTube, Imam masih tetap ingin memiliki bisnis offline. Seperti membangun ruko, mendirikan toko, membeli tanah dan pekarangan.

“Itu untuk jaga-jaga, karena saya dapat rezeki seperti mimpi,” papar dia.

Dia merasa tidak bermanfaat jika apa yang diperoleh hanya untuk dirinya sendirinya. Akhirnya ilmunya dibagikan pada pemuda lain.

Imam mengaku akan terus menjadi YouTuber karena dia merasa nyaman.

“Walaupun pakai sarung sudah bisa bekerja dan menghasilkan uang,” papar dia.

Baca juga: Cerita YouTuber Phesi Esterju, Editing Video Sederhana Bisa Dapatkan 555.000 Subscriber, Ini Rahasianya

Berbagai suka duka dirasakan Imam saat menjadi YouTuber. Dia dicap negatif karena dianggap mendapatkan uang dianggap secara instan.

Bahkan, ketika masih bekerja di toko baju, dia juga dituduh korupsi dari tempat kerjanya. Akhirnya, dia berhenti pada tahun 2019 dan memilih fokus di YouTube.

Sekarang, Imam merasa senang melihat kampung menjadi sorotan dari warga lain. Ada semangat para pemuda membuat konten YouTube.

Namun dirinya meminta untuk tidak membuat konten hoaks karena merugikan orang lain dan diri sendiri.

“Buatlah konten yang ada nilainya,” ujar dia.

Ketika kampung YouTube itu dikenal banyak orang, banyak warganet yang berharap Imam tampil di podcast Dedy Corbuzier. Tujuannya agar bisa berbagi ilmu tentang YouTube sehingga bisa ditiru oleh pemuda lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dimassa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dimassa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com