Tak sedikit tantangan yang dialami Sutardi selama 18 tahun mengajar.
Salah satunya jarak yang sangat jauh, jalan rusak, dan bukit terjal.
Biasanya Sutardi ke sekolah menggunakan motor butut Honda Supra X tahun 2.000-an.
Kondisi motor yang sudah tua ditambah kondisi jalan yang jelek membuat motor Sutardi sering mengalami masalah.
Kalau tidak putus rantai, pasti mogok di tengah jalan.
Sutardi merupakan seorang Sarjana Pendidikan Agama Islam (PAI) dan mengajar pendidikan agama di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Timuhegar.
Namun, dia juga mengajar Bahasa Indonesia, dan Matematika.
"Selama 18 tahun saya selalu berangkat selesai shalat Subuh dari rumah menuju sekolah. Jaraknya ada 10 kilometer lebih dari rumah saya. Jalannya rusak parah. Iya, kendalanya banyak, putus rantai motor, mogok, terperosok, sampai dibantu didorong oleh muridnya pernah," ungkap Sutardi sembari tersenyum mengenang perjuangannya mengajar.
Bersaing tes PPPK
Sutardi berharap diberikan kemudahan saat dirinya mendapatkan kesempatan ikut seleksi PPPK bersama 3.614 guru lainnya se-Kabupaten Tasikmalaya.
Adapun jatah kuota yang dimiliki oleh Kabupaten Tasikmalaya dalam proses penerimaan PPPK tahun ini hanya 984 orang.
Belum lagi saat seleksi, Sutardi harus bersaing dengan ribuan guru honorer muda usia di bawahnya.
Selama ini pun masih banyak "Sutardi-Sutardi" lainnya di Kabupaten Tasikmalaya yang berusia 45 sampai 58 tahun dan mereka masih mengabdi.
Masih banyak guru honorer yang ada di daerahnya sudah mengabdi 15 sampai 20 tahun belum diangkat menjadi PNS sampai sebagian guru telah pensiun dan sekarang ini tidak ada perhatian dari pemerintah daerah.
Seleksi PPPK selama ini, kata Sutardi, sangat tidak adil bagi dirinya dan rekan-rekan guru lainnya.
Karena, mereka harus bersaing ketat dengan para guru honorer yang masih berusia muda.
"Seharusnya guru tua bisa langsung diberikan SK-PPPK dan tidak usah melakukan seleksi karena pikiran maupun tenaga berbeda dengan yang muda," ucap Sutardi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.