Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situs Lasem Gresik dan Kisah Mbah Jek, Tokoh Penarik Pajak di Zaman Majapahit

Kompas.com - 09/09/2021, 10:26 WIB
Hamzah Arfah,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

 

Kepala Desa Lasem, Khoiri menuturkan, sosok Mbah Jek sejauh ini memang menjadi tokoh utama dalam cerita Situs Lasem Sidayu Gresik.

Namun, cerita dalam sejarah yang berkembang masih cukup terbatas, lantaran prasasti yang dianggap bisa menjadi kunci belum ditemukan hingga kini.

"Kami sudah berusaha, tapi memang belum ditemukan di mana prasasti itu. Bahkan sudah coba kami cari di beberapa kota, juga belum ketemu," ujar Khoiri.

Selama ini, jelas Khoiri, cerita yang berkembang di lingkungan masyarakat hanya berasal dari tutur turun-temurun dari generasi sebelumnya.

Belum ada yang secara tuntas membahasnya, karena terbentur hilangnya kepingan bukti pendukung.

"Cerita dari orang-orang tua, dari sesepuh desa, namun antara satu cerita dengan lainnya itu kadang tidak nyambung (tidak sinkron). Makanya, andai saja prasasti itu ditemukan dan berhasil diterjemahkan, bisa jadi ceritanya akan lebih lengkap. Sejauh ini, ya sekedar Mbah Jek saja," tutur Khoiri.

Cagar budaya

Pada halaman resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gresik, juga sempat diulas secara singkat mengenai Situs Lasem yang berada di Kecamatan Sidayu.

Diterangkan, bila Situs Lasem merupakan salah satu cagar budaya peninggalan era Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-13, yang kini berada di bawah pengawasan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan.

Tokoh utama pada situs Lasem adalah Mbah Jek, yang dipercaya merupakan sosok pejabat penarik pajak yang di tempatkan oleh raja Majapahit untuk mengelola pajak di wilayah Sidayu dan sekitarnya.

Hasil penarikan pajak itu kemudian disetorkan untuk Kerajaan Majapahit.

"Setahu saya, Situs Lasem itu peninggalan zaman Kerajaan Majapahit. Dengan tokohnya itu Mbah Jek, penarik pajak bagi Kerajaan Majapahit untuk wilayah Pantura," kata arkeolog BPCB Trowulan Wicaksono Dwi Nugroho, saat dihubungi.

Wicaksono menjelaskan, Kerajaan Majapahit pada saat itu membutuhkan 'perwakilan' guna membantu mengontrol wilayah kekuasaan mereka yang cukup luas.

Terlebih, pesisir Pantura merupakan jujukan bagi kapal-kapal dagang pada masa tersebut.

"Waktu itu, Pantura kan sudah ramai aktivitas perdagangan, banyak kapal yang bongkar-muat. Mulai dari pelabuhan Gresik sekarang sampai Paciran-Brondong di Lamongan itu ramai, makanya kemudian ditunjuklah Mbah Jek guna menarik upeti atau pajak bagi Kerajaan Majapahit," tutur Wicaksono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemkot Tangerang Raih WTP 17 Kali Berturut-turut, Pj Nurdin: Harus Koheren dengan Kualitas Pelayanan Publik

Pemkot Tangerang Raih WTP 17 Kali Berturut-turut, Pj Nurdin: Harus Koheren dengan Kualitas Pelayanan Publik

Regional
Rektor Laporkan Mahasiswa yang Kritik UKT, Unri Angkat Bicara

Rektor Laporkan Mahasiswa yang Kritik UKT, Unri Angkat Bicara

Regional
Ratusan Moge Mangkrak di Kantor Polisi, Disita dari Geng Motor dan Pakai Knalpot Brong

Ratusan Moge Mangkrak di Kantor Polisi, Disita dari Geng Motor dan Pakai Knalpot Brong

Regional
Ibu di Riau Coba Bunuh Anak Tirinya dengan Racun Tikus

Ibu di Riau Coba Bunuh Anak Tirinya dengan Racun Tikus

Regional
Rodjo Tater di Tegal: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Rodjo Tater di Tegal: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Regional
Datangi Gedung DPRD, Puluhan Tenaga Honorer Minta 4.222 Pegawai Diangkat Jadi ASN

Datangi Gedung DPRD, Puluhan Tenaga Honorer Minta 4.222 Pegawai Diangkat Jadi ASN

Regional
BPBD OKU Evakuasi Korban Banjir di 4 Kecamatan

BPBD OKU Evakuasi Korban Banjir di 4 Kecamatan

Regional
Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Dibunuh Usai Hubungan Sesama Jenis, Ini Kronologi dan Motifnya

Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Dibunuh Usai Hubungan Sesama Jenis, Ini Kronologi dan Motifnya

Regional
2 Tersangka Pemalsuan Surat Tanah yang Libatkan Pj Walkot Tanjungpinang Ditahan

2 Tersangka Pemalsuan Surat Tanah yang Libatkan Pj Walkot Tanjungpinang Ditahan

Regional
2 Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Bisnis BBM di Kalsel Disita

2 Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Bisnis BBM di Kalsel Disita

Regional
Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Regional
Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Regional
Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Regional
Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Regional
Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy 'Turun Gunung' pada 17 Mei 2024

Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy "Turun Gunung" pada 17 Mei 2024

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com