GRESIK, KOMPAS.com - Salah satu peninggalan bersejarah yang ada di Kabupaten Gresik adalah Situs Lasem.
Disebut demikian, sebab situs ini terletak di Desa Lasem, yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Sidayu.
Berbeda dengan peninggalan-peninggalan sejarah lain yang ada di Gresik, belum banyak budayawan maupun pemerhati sejarah yang melakukan penelitian secara mendalam mengenai situs ini.
Sehingga belum dapat diketahui secara detail alur sejarahnya.
Baca juga: Mengintip Situs Sumberbeji, Petirtaan Megah Peninggalan Majapahit Abad ke-14
Sosok Mbah Jek
Warga desa setempat percaya, bahwa Situs Lasem merupakan bagian dari sejarah Kerajaan Majapahit yang sempat tersohor pada masanya.
Tidak jauh dan berada di luar Situs Lasem, terdapat cungkup yang diyakini oleh warga setempat sebagai makam Mbah Jek.
Mbah Jek merupakan sesepuh desa yang juga menjadi sosok penarik pajak pada era Majapahit.
"Cerita yang saya dapat turun-temurun, di sini dulunya itu tanah perdikan. Yakni, tanah bebas pajak karena di tempati oleh Mbah Jek, penarik pajak di sepanjang kawasan Pantura untuk disetor kepada Kerajaan Majapahit pada zaman dulu," ujar juru kunci Situs Lasem Muhammad Muchid (56).
Lantaran menjadi tempat tinggal Mbah Jek, maka kawasan Lasem dibebaskan dari upeti sebagai bentuk penghargaan dari Kerajaan Majapahit.
Sementara Mbah Jek, semasa hidupnya, merupakan penarik upeti bagi Kerajaan Majapahit di wilayah Pantura yang saat ini menjadi Kabupaten Gresik dan Lamongan.
Baca juga: Monumen Bajra Sandhi: Merawat Ingatan Perjuangan Kemerdekaan RI di Bali
Hilangnya sebuah prasasti kunci
Muchid yang mengaku meneruskan ibunya sebagai juru kunci Situs Lasem tidak menampik, jika sudah ada beberapa orang yang berniat melakukan penelitian mengenai sejarah situs ini.
Namun mereka rata-rata kesulitan saat coba mengungkap detail sejarah, lantaran minimnya acuan dan petunjuk yang didapatkan di sekitar lokasi.
"Pada sekitar tahun 1976 itu sempat ditemukan prasasti, seperti meja bundar dengan di baliknya itu terdapat tulisan jawa kuno, sansekerta. Tapi sewaktu saya masih kecil, saat orde baru, prasasti itu dibawa orang. Ngomongnya petugas dari Jakarta, tapi kini malah hilang tidak ditemukan," kata Muchid.
Warga dan pihak desa setempat, jelas Muchid, sudah coba mencari keberadaan prasasti tersebut di beberapa musem dan tempat bersejarah yang ada di Jawa.
Namun hasilnya nihil. Hingga kini mereka belum berhasil menemukan prasasti yang dimaksud.
"Waktu itu juga tidak ada dokumentasi sama sekali, jadi sulit juga untuk melacaknya. Kalau prasasti itu ditemukan, mungkin bisa diungkap cerita mengenai Lasem secara runtut (detail)," tutur Muchid.