KOMPAS.com - Warga Padukuhan Mangir, Kalurahan Triharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dihebohkan dengan penemuan rantai raksasa.
Rantai yang ditemukan di bawah Dam Ngancar pada Selasa (31/8/2021) itu diperkirakan merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda.
Ketua Unit Ratu Boko dan Candi Ijo Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY Tri Hartini mengatakan, pihaknya telah mendatangi lokasi penemuan rantai raksasa itu.
Baca juga: Warga Bantul Temukan Rantai Raksasa Saat Gali Pasir
Memiliki panjang 30,6 meter, rantai berbahan logam tersebut diduga adalah benda cagar budaya.
Tri menjelaskan, untuk saat ini, BPCB belum bisa menjelaskan fungsi dari rantai tersebut.
BPCP bakal melakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah rantai raksasa itu tergolong benda cagar budaya.
"Apalagi tadi ada struktur dari bata di sekitar lokasi penemuan. Dan cerita dari bapak-bapak tadi katanya ikut membuat. Bapaknya tadi umurnya 65 dan dia diceritakan bapaknya yang sempat ikut membuat itu (bangunan Belanda)," ujarnya.
Baca juga: Misteri Temuan Batu Mirip Gamelan di Makam Penari Ronggeng
Rantai raksasa itu ditemukan oleh operator backhoe, Murdiyono (50), saat proses renovasi Dam Ngancar.
"Saya kira benda itu kayu jati ternyata rantai dengan posisi melintang dari selatan ke utara," ucapnya, Kamis (2/9/2021).
Awalnya, Murdiyono menurunkan backhoe untuk mencari pasir dan batu (sirtu) di sekitar dam.
"Terus kita kan cari sirtu (pasir batu) untuk menimbun pusaran air untuk akses backhoe. Saat mengambil sirtu itu kok ujung backhoe kok seperti nyangkut benda," tuturnya.
Baca juga: Gali Tanah untuk Buat Kolam, Warga Klaten Temukan Terowongan Peninggalan Belanda
Kejadian tersebut berlangsung saat penggalian mencapai kedalaman dua meter.
Murdiyono menuturkan, rantai tampak melintang di dam saat ditemukan.
Pekerja proyek dan warga sekitar lantas mengangkat rantai tersebut secara manual untuk dipinggirkan ke tepi Sungai Bedog.
Baca juga: Situs Peninggalan Hindu-Buddha di Kabupaten Semarang Bakal Terdampak Pembangunan Bendungan
Mereka kemudian bersama-sama memindahkannya ke daratan.
"Beratnya mungkin sekitar 2 ton lebih karena satu mata itu beratnya hampir 2 kilogram," terang Murdiyono.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.