Sebelum Hayam Wuruk
Struktur bata penyusun bangunan Petirtaan Sumberbeji didominasi dimensi ukuran bata pada masa Majapahit.
Namun, menurut Wicaksono, dalam naskah kuno Negarakertagama, sama sekali tidak ditemukan ulasan Mpu Prapanca terkait Petirtaan Sumberbeji, baik ciri atau penyebutan daerah.
Padahal dalam Negarakertagama, Prapanca menceritakan kalau Hayam Wuruk pernah melakukan kunjungan ke wilayah Kediri dan sekitarnya.
Baca juga: Mengenal Kaldu Kokot, Kuliner Madura yang Melegenda
Negarakertagama sebagai rujukan sejarawan dan arkeolog mengulas Majapahit, ditulis Prapanca semasa Hayam Wuruk menjadi raja Majapahit.
Dari ekskavasi selama empat kali sejak 2019, ditemukan struktur bata yang didominasi oleh bata merah dengan dimensi ukuran era Majapahit.
Selama ekskavasi, tim ekskavasi menemukan 14 jaladwara dalam bentuk dan ukuran yang beragam, tidak seperti jaladwara di Candi Tikus maupun petirtaan lainnya di Jawa Timur.
Artefak dari Cina juga banyak ditemukan mulai dari masa dinasti Song hingga artefak pada masa dinasti Yuan.
Fragmen keramik maupun uang kepeng dari Cina, didominasi peninggalan dari masa dinasti Yuan, abad ke-14.
Baca juga: Jejak dr Soetomo di Desa Ngepeh Nganjuk
Berangkat dari temuan-temuan arkeologis selama ekskavasi, arkeolog memunculkan hipotesis Petirtaan Sumberbeji dibangun sebelum Hayam Wuruk memimpin Majapahit.
Wicaksono menjelaskan, Petirtaan Sumberbeji kemungkinan dibangun pada masa Tribhuwana Tunggadewi, pada abad ke-14 Masehi.
"Interpretasi sementara, Petirtaan Sumberbeji ini dibangun pada masa Majapahit, abad ke-14," masa sebelum Hayam Wuruk," ulas Wicaksono.
Kemungkinan berikutnya, ungkap Wicaksono, petirtaan kuno nan megah itu dibangun sebelum masa Majapahit, pada abad ke-13 atau ke-12 Masehi.
Namun semasa Majapahit berkuasa, petirtaan suci itu tetap digunakan dan direnovasi oleh raja yang saat itu memimpin Majapahit.
"Kemungkinan juga sudah ada sebelum Majapahit dan kita duga sudah dilakukan pemugaran atau perbaikan-perbaikan sesuai fungsi. Terbukti dari 14 jaladwara, semuanya tidak sama," beber Wicaksono.
Baca juga: Makna Hari Raya Saraswati: Peringatan Turunnya Ilmu Pengetahuan Dalam Ajaran Hindu