Diubah jadi biodiesel
Dia menjelaskan, sebetulnya minyak jelantah ini tidak hanya bisa diolah sebagai biodiesel. Tetapi, juga bisa diolah menjadi lilin, sabun dan lain sebagainya.
Alasan pihaknya mengekspor untuk biodiesel, karena menurutnya biodiesel menjadi salah satu olahan yang menjanjikan karena merupakan energi terbarukan.
Untuk diketahui, biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaru seperti minyak sayur atau lemak hewan, dan salah satunya bisa dibuat menggunakan minyak jelantah.
"Di luar negeri, orang sudah menggunakan biodiesel, karena lebih ramah lingkungan dan sumber energi terbarukan," sebut Rizky.
Beberapa kali kena tipu supplier
Ia mengaku, bisnis yang ini dimulai sejak tahun 2018 lalu dan mulai berbadan hukum pada tahun 2019.
Menurutnya, bisnis ini tidak berjalan mulus begitu saja. Bahkan, Rizky juga sempat beberapa kali ditipu oleh supplier yang berbuat curang karena mencampur minyak jelantah dengan oli atau lainnya.
Namun, menurutnya lagi, hal tersebut menjadi tantangan bagi dia dan rekan-rekannya untuk berbuat lebih baik lagi dan lebih teliti ketika membeli jelantah dari para penjual minyak jelantah.
"Namanya, bisnis tidak mungkin berjalan mulus, sempat juga kena tipu. Tapi, kami ambil pelajaran saja semuanya," tutur Rizky.
Ia menyebutkan, perharinya bisa mengumpulkan satu sampai dua ton minyak jelantah yang disuplai dari Bank Jelantah dari kabupaten dan kota se Riau.
Untuk ekspornya, dilakukan sekali sebulan dengan kapasitas satu sampai dua kontainer, dengan jumlah minyak jelantah per kontainernya sebanyak 21 ton.
"Sekarang antusias masyarakat sudah cukup tinggi untuk menjual minyak jelantahnya, karena kan bisa dijadikan uang lagi," kata Rizky.
Namun, dia mengaku volume minyak jelantah berkurang selama pandemi Covid-19. Menurutnya, mungkin karena banyak tempat makan yang tutup.
Biasanya, sebulan bisa ekspor tiga kontainer.