Kata Uday, diperkirakan saat zaman penjajahan Belanda, orang-orang Kanekes sudah terbiasa bepergian ke kota seperti Batavia atau Jakarta untuk menjajakan hasil tani mereka dengan berjalan kaki.
Orang-orang saat itu juga sudah mengenakan pakaian serba hitam, kira-kira seperti yang dipakai Presiden Jokowi saat memakai Baju Baduy.
"Untuk meluruskan sejarah, jadi penyematan nama Baduy berasal dari orang luar dulunya, dan digunakan dalam budaya populer hingga sekarang," kata dia.
Warga Baduy sendiri, kata Uday, tidak keberatan dengan sebutan tersebut.
Selain disebut Baduy, orang-orang Kanekes juga sempat disebut Rawayan oleh warga lokal Banten di luar Baduy.
Istilah Rawayan berasal dari sebutan jembatan di Baduy yang terbuat dari akar yang menjuntai. Sementara di Baduy sendiri, mereka memiliki sebutan resmi antar sesama warga Baduy.
"Di internal Baduy, ada istilah orang Tangtu untuk menyebut kelompok Baduy Dalam dan orang Panamping sebagai sebutan untuk Baduy Luar.
Suku Baduy tinggal di Kawasan Pegunungan Kendeng di pedalaman Kabupaten Lebak.
Mereka terbagi dua antara kelompok Baduy Luar dan Baduy Dalam yang tersebar di sekitar 60 kampung dalam satu Desa Kanekes.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.