Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Tahun Gempa Lombok, Zuliatin: Masih Trauma, kalau Mati Lampu Saya Langsung Lari...

Kompas.com - 06/08/2021, 05:40 WIB
Karnia Septia,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Pada 5 Agustus 2018, gempa bumi dengan magnitudo 7,0 mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Gempa bumi yang terjadi pukul 19.46 Wita tersebut mengejutkan warga. Gempa mengakibatkan ribuan rumah rusak dan ratusan orang meninggal.

Meski sudah tiga tahun berlalu, rasa trauma akan dahsyatnya guncangan gempa bumi masih dirasakan warga sampai saat ini.

Zuliatin Handarini (31), warga Desa Dopang, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, mengaku masih trauma saat merasakan getaran gempa meski dengan skala kecil.

Bahkan saat mati lampu, secara refleks Zuliatin langsung lari ke luar ruangan karena khawatir akan terjadi gempa.

"Kalau untuk trauma masih, kalau mati lampu itu pasti lari saya. Apalagi kalau di kantor mati lampu, lari dah saya," Kata Zuliatin saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/8/2021).

Baca juga: Terbaring Merintih di Sebuah Gang, Tunawisma Ini Ternyata Positif Covid-19

Zuliatin menceritakan, saat gempa 2018, ia tengah bertugas sebagai security di lantai tiga salah satu pusat perbelanjaan di Kota Mataram.

Saat gempa terjadi, lampu tiba-tiba padam. Guncangan gempa malam itu dirasakan sangat kencang.

Zuliatin yang saat itu berada di lantai tiga langsung berteriak dan turun melalui tangga darurat.

"Sudah nggak tau sudah gimana, nggak ada kita lihat orang lagi pokoknya selamatkan diri dah masing-masing sangking lamanya (guncangan gempa), besar juga," Kenang Zuliatin.

Setelah berhasil turun, ibu dua anak ini langsung menghubungi keluarganya di rumah.

Beruntung suami dan kedua anaknya berhasil menyelamatkan diri dan tidak ada yang terluka.

"Gunungan atap itu roboh, bata-bata di kamar jatuh, jebol itu plafonnya. Alhamdulillah nggak ada yang luka, karena (anak) yang kecil juga reflek langsung lari ke luar," Kata Zuliatin.

 

Ia mengatakan, sebagian besar rumah penduduk yang ada di desanya rusak karena gempa, bahkan ada rumah tetangganya yang rata dengan tanah.

Setelah kejadian gempa, satu bulan lebih Zuliatin tinggal di tenda darurat yang didirikan di dekat rumahnya.

"Sebulan lebih itu di tenda. Nggak berani masuk rumah. Karena kan guncangan gempa (susulan) itu masih terasa," Kata Zuliatin.

Ia mengatakan, kerusakan rumahnya masuk kategori sedang. Ia menerima dana sebesar Rp 25 juta untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.

Zuliatin mengatakan, saat ini rumahnya sudah diperbaiki dan ditempati oleh keluarganya. Meski demikian, trauma akan guncangan gempa magnitudo 7.0  tahun 2018 silam masih terus terbayang.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTT, NTB, Kalbar, dan Kalsel 5 Agustus 2021

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB mencatat, kerusakan rumah akibat gempa NTB 2018 sebanyak 243.744 unit terdiri dari rusak berat 83.334 unit, rusak sedang 39.316 unit, dan rusak ringan 121.094 unit.

Pemerintah pusat telah menggelontorkan dana siap pakai sebesar Rp 6,3 triliun lebih untuk pembangunan rumah tahan gempa.

Kepala Bidang Rehabilitasi, Rekonstruksi dan Kerja Sama Penanggulangan Bencana BPBD NTB, Ilham Ardiansyah menyebutkan hingga saat ini, progres pembangunan rumah tahan gempa mencapai 90 persen atau 221.062 unit selesai dikerjakan.

Sementara yang masih dalam proses pengerjaan dan perencanaan sebanyak 4.134 unit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Regional
Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Regional
Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Regional
Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Regional
6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com