Salin Artikel

3 Tahun Gempa Lombok, Zuliatin: Masih Trauma, kalau Mati Lampu Saya Langsung Lari...

Gempa bumi yang terjadi pukul 19.46 Wita tersebut mengejutkan warga. Gempa mengakibatkan ribuan rumah rusak dan ratusan orang meninggal.

Meski sudah tiga tahun berlalu, rasa trauma akan dahsyatnya guncangan gempa bumi masih dirasakan warga sampai saat ini.

Zuliatin Handarini (31), warga Desa Dopang, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, mengaku masih trauma saat merasakan getaran gempa meski dengan skala kecil.

Bahkan saat mati lampu, secara refleks Zuliatin langsung lari ke luar ruangan karena khawatir akan terjadi gempa.

"Kalau untuk trauma masih, kalau mati lampu itu pasti lari saya. Apalagi kalau di kantor mati lampu, lari dah saya," Kata Zuliatin saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/8/2021).

Zuliatin menceritakan, saat gempa 2018, ia tengah bertugas sebagai security di lantai tiga salah satu pusat perbelanjaan di Kota Mataram.

Saat gempa terjadi, lampu tiba-tiba padam. Guncangan gempa malam itu dirasakan sangat kencang.

Zuliatin yang saat itu berada di lantai tiga langsung berteriak dan turun melalui tangga darurat.

"Sudah nggak tau sudah gimana, nggak ada kita lihat orang lagi pokoknya selamatkan diri dah masing-masing sangking lamanya (guncangan gempa), besar juga," Kenang Zuliatin.

Setelah berhasil turun, ibu dua anak ini langsung menghubungi keluarganya di rumah.

Beruntung suami dan kedua anaknya berhasil menyelamatkan diri dan tidak ada yang terluka.

"Gunungan atap itu roboh, bata-bata di kamar jatuh, jebol itu plafonnya. Alhamdulillah nggak ada yang luka, karena (anak) yang kecil juga reflek langsung lari ke luar," Kata Zuliatin.


Ia mengatakan, sebagian besar rumah penduduk yang ada di desanya rusak karena gempa, bahkan ada rumah tetangganya yang rata dengan tanah.

Setelah kejadian gempa, satu bulan lebih Zuliatin tinggal di tenda darurat yang didirikan di dekat rumahnya.

"Sebulan lebih itu di tenda. Nggak berani masuk rumah. Karena kan guncangan gempa (susulan) itu masih terasa," Kata Zuliatin.

Ia mengatakan, kerusakan rumahnya masuk kategori sedang. Ia menerima dana sebesar Rp 25 juta untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.

Zuliatin mengatakan, saat ini rumahnya sudah diperbaiki dan ditempati oleh keluarganya. Meski demikian, trauma akan guncangan gempa magnitudo 7.0  tahun 2018 silam masih terus terbayang.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB mencatat, kerusakan rumah akibat gempa NTB 2018 sebanyak 243.744 unit terdiri dari rusak berat 83.334 unit, rusak sedang 39.316 unit, dan rusak ringan 121.094 unit.

Pemerintah pusat telah menggelontorkan dana siap pakai sebesar Rp 6,3 triliun lebih untuk pembangunan rumah tahan gempa.

Kepala Bidang Rehabilitasi, Rekonstruksi dan Kerja Sama Penanggulangan Bencana BPBD NTB, Ilham Ardiansyah menyebutkan hingga saat ini, progres pembangunan rumah tahan gempa mencapai 90 persen atau 221.062 unit selesai dikerjakan.

Sementara yang masih dalam proses pengerjaan dan perencanaan sebanyak 4.134 unit.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/06/054000378/3-tahun-gempa-lombok-zuliatin--masih-trauma-kalau-mati-lampu-saya-langsung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke