SUMEDANG, KOMPAS.com - Selama 7 bulan pasca-bencana longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, korban dan warga terdampak belum direlokasi.
Longsor yang terjadi di Dusun Bojong Kondang pada 9 Januari 2021 tersebut menewaskan 40 warga.
Selain itu, ratusan warga yang berada di zona merah lokasi longsor juga terpaksa mengungsi.
Korban dan warga terdampak longsor meminta pemerintah memberikan kepastian soal tempat relokasi yang sebelumnya dijanjikan kepada warga.
Baca juga: Terbukti di Jabar, Daerah yang Tinggi Vaksinasi, Angka Kematiannya Rendah
Salah seorang korban longsor, Bangkit Pasaribu mengatakan, dalam peristiwa longsor tersebut ia kehilangan istri dan tiga orang anaknya. Rumahnya pun rata dengan tanah.
Pasca-longsor hingga saat ini, Bangkit dan seorang anaknya masih tinggal di rumah susun (Rusun) di wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung, yang menjadi rumah sementara korban longsor Desa Cihanjuang.
"Istri dan tiga anak saya meninggal tertimbun longsor. Saya dan satu orang anak saya yang selamat sejak longsor itu tinggal di sini," ujar Bangkit kepada Kompas.com di Rusun milik Pemprov Jabar di wilayah Rancaekek, Bandung, Senin (26/7/2021).
Bangkit menuturkan, selama 6 bulan terakhir, pemerintah memang mebayarkan sewa rusun tersebut.
Selain itu, ia juga menerima bantuan berupa beras untuk kebutuhan selama di rusun.
Namun, menurut Bangkit, sampai saat ini ia belum menerima kepastian dari pemerintah dan tidak tahu sampai kapan harus tinggal di rusun.
"Tinggal di sini memang tenang. Tapi kami tetap harap-harap cemas, karena sampai saat ini belum ada kepastian dari pemerintah. Kami ini mau direlokasi ke mana. Apakah kami mau dibangunkan rumah, atau pemerintah memberikan uangnya untuk kami membangun rumah sendiri," tutur Bangit.
Baca juga: Polisi Selidiki Unsur Pidana Izin 2 Perumahan di Lokasi Longsor Sumedang
Bangkit mengatakan, korban longsor lainnya juga merasakan hal yang sama.
"Yang tinggal di rusun ini awalnya ada 13 KK, sekarang tinggal 10 KK, karena sebagian sudah pindah. Yang lain, kebanyakan ngontrak di tempat lain," kata Bangkit.
Hal senada disampaikan Karyanto, warga Perum SBG yang terdampak longsor.
"Dulu itu di perumahan kami ada 65 KK terdampak longsor di Perum SBG. Tapi kemudian hanya 15 KK yang katanya akan direlokasi. Namun, sampai sekarang belum ada kepastian kapan dan ke mana kami mau direlokasi," ujar Karyanto.
Karyanto menuturkan, ia bersama istri dan anaknya masih tinggal di rusun, karena pemerintah belum mengizinkan untuk kembali menempati rumah di Perum SBG.
"Saya tidak berani kembali ke rumah, karena belum ada kepastian juga dari pemerintah terkait aman tidaknya rumah saya di lokasi itu. Kalau memang aman, saya mau kembali. Kalau tidak aman dan harus direlokasi, kami berharap ada kepastian dari pemerintah," tutur Karyanto.