Kerugian ratusan juta
Turunnya kadar oksigen itulah yang menyebabkan ikan-ikan milik warga mati dan menyebabkan kerugian yang sangat besar.
"Kalau dihitung itu kan ada 23,8 ton ikan, dikali Rp 26.000 per satu kilo, itu lebih dari Rp 500 juta," kata dia.
Sarma menyebutkan, jumlah KJA di kawasan Danau Batur ada sebanyak 12.000 Keramba Jaring Apung (KJA).
Baca juga: Izin Tinggal Habis, Satu Keluarga Asal Rusia di Bali Dideportasi
Fenomena tahunan
Seluruh peternak ikan itu, lanjut Sarma, sudah mengetahui bahwa fenomena semburan belerang di Danau Batur merupakan siklus tahunan yang biasa terjadi sekitar bulan Juli sampai September.
"Dari pengalaman sebelumnya biasanya berlangsung 4-7 hari. Ini adalah hari ke 7 semburan sejak Rabu 14 Juli 2021 lalu. Situasi sampai siang ini, memang sudah kelihatan tenang, kami perkirakan tidak ada lagi semburan," tuturnya.
Sarma juga berharap agar seluruh peternak ikan tersebut bisa menyesuaikan diri dengan fenomena Semburan belerang yang biasa terjadi pada bulan Juli - September.
Ia mendorong peternak untuk mengatur waktu penebaran bibit ikan agar masa panen tak sampai dilakukan pada medio Juli - September.
"Sehingga kerugian lebih kecil. Karana ini fenomena alam, hanya itu yang bisa dilakukan," tuturnya.
Pihaknya juga sedang melakukan pendataan pada seluruh peternak ikan yang mengalami kerugian akibat fenomena tersebut.
Setelah itu ia akan mengusulkan kepada Bupati Bangli agar para peternak bisa mendapat bantuan modal usaha setalah merugi akibat adanya fenomena tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.