Berbagai kisah itu hanya bagian kecil dari peliknya proses pemulasaraan hingga pemakaman jenazah Covid-19 beberapa pekan terakhir, di tengah lonjakan kasus.
Banyaknya pasien yang meninggal bukan hanya di rumah sakit tapi juga di luar fasilitas kesehatan, mengakibatkan 'penumpukan' kematian.
Lembaga yang mengadvokasi penanganan wabah, LaporCovid-19 membuka aduan kasus kematian di luar fasilitas kesehatan. Analis Data Tim LaporCovid-19, Hibban membeberkan 'penumpukan kematian' terbanyak terjadi di Jawa Barat (128), diikuti Yogyakarta (79), Banten (47), Jawa Timur (39), DKI Jakarta (33), dan Jawa Tengah (30).
Baca juga: Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona NTT Positif Covid-19, Jalani Isolasi Mandiri
"Secara persebarannya, penumpukan kematian itu ada di Pulau Jawa. Dilihat dari pola, kebanyakan meninggal saat isolasi mandiri," ungkap Hibban kepada wartawan Nurika Manan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
"Ada dua tipe isolasi mandiri. Yang pertama isoman karena kesulitan mencari rumah sakit, akhirnya terpaksa isoman. Ada yang sudah keluar hunting rumah sakit, tapi ditolak, akhirnya pasrah pengobatan di luar dan akhirnya meninggal," terang dia lagi.
Tipe kedua adalah yang meninggal dalam rentang waktu relatif singkat, sebelum sempat mencari perawatan.
Baca juga: Pria Tak Percaya Corona dan Tolak Pakai Masker Saat Masuk Kerja Jadi Tersangka, tapi Tidak Ditahan
Laporan yang dikumpulkan sejak awal Juni hingga 9 Juli tersebut total mencatatkan 369 kematian di luar faskes dari 62 kabupaten/kota di 11 provinsi. Data ini dikumpulkan dari berita online, media sosial, laporan personal dan WhatsAppbot.
Salah satu laporan yang masuk mengadukan soal enam kematian saat isolasi mandiri di Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur. Laporan itu diterima melalui WhatsAppBot dengan rentang kejadian 20-30 Juni 2021.
"Sudah dipantau oleh tim puskesmas, Kak. Dan tim dari puskesmas juga turun membantu jenazah saat pemulasaraan," tulis pelapor yang ditujukan ke LaporCovid-19.
Keenam warga yang meninggal ketika isoman itu disebut dalam kondisi umum yang sudah lemah dan mengalami desaturasi, tapi tidak mendapat ruang perawatan karena RS penuh.
Baca juga: Curhat Nakes RSUD Banten, Kerja Tanpa Insentif sejak Awal Pandemi, hingga Terpapar Corona
Meski begitu ia mengingatkan setiap warga yang mengalami perburukan kondisi harus segera ke rumah sakit, betapapun mengantre dan penuhnya pelayanan. Menurut dia, banyaknya kematian saat isolasi mandiri karena terlambat ke fasilitas pelayanan kesehatan.
"Yang boleh melakukan isolasi mandiri itu hanya yang gejala ringan dan sedang, jadi kalau mulai berat harus mau ke rumah sakit. Walaupun harus antre satu dua hari," tutur Nadia kepada wartawan Nurika Manan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Kamis (9/7/2021).
Baca juga: Pria Tak Percaya Corona dan Tolak Pakai Masker Saat Masuk Kerja Jadi Tersangka, tapi Tidak Ditahan
"Lalu kalau ada yang mengatakan rumah sakit yang menolak pasien, itu seharusnya tidak boleh. Dalam keadaan emergency, RS harus menerima pasien bagaimanapun kondisinya," tukas dia.
Sementara antrean pada pemulasaraan hingga pemakaman imbas tingginya kematian, kata Nadia bukan semata tugas kementeriannya. Ia menuntut peran masing-masing pemerintah daerah untuk mengurai ini.
Adapun untuk kasus di Ibu Kota, Jajang Rahmat dari Tim Pemulasaraan Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengakui tak memprediksi lonjakan kematian di luar fasilitas kesehatan. Karena itu tenaga belum penuh dipersiapkan.
Baca juga: Kasus Video Ibu-ibu Tak Takut Corona di Padang, Diduga Langgar UU ITE
Akibatnya, para petugas pemulasaraan sempat kelabakan saat awal-awal melejitnya kasus pada Juni.
"Jadi waktu kami kaget kematian yang melonjak, armadanya belum ditambah, karena kita tidak mungkin melibatkan tenaga kesehatan lagi kan, mereka sudah capek menangani kasus, kalau ditambah dengan pemulasaraan akan lebih capek," jelas Jajang.
Alhasil, kini menurutnya Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan tenaga relawan untuk membantu pemulasaraan di tiap-tiap kecamatan. Tim-tim kecil tersebut akan membantu tugas utama tim pemulasaraan utama yang berposko di Monas.
"Kami latih 1.000 relawan lebih untuk bisa membantu seluruh DKI Jakarta di masing-masing kecamatan. Sebenarnya dari minggu kemarin sudah dilatih, tahap pertama 245. Karena eskalasinya naik terus, maka disiapkan tambahan," sambung dia.
Baca juga: Gara-gara Video Viral Padang Aman dari Corona, Resto Bebek Sawah Didenda Rp 500.000