Deasy lalu bergegas menghidupkan sepeda motor matik keluaran tahun 2012 miliknya. Dua kantong kresek itu diletakan di bagian tengah dan dijepit kedua kakinya.
Dia kemudian mendatangi delapan kios besar dan super market langgananya yang berada di seputaran Kecamatan Oebobo.
Dia menitip roti, kue dan kacang goreng kepada pemilik kios, dengan sistem kerja sama bagi hasil keuntungan.
Sekitar satu jam mengantar dagangannya, Deasy lantas kembali ke rumah untuk menjaga kios. Selain kios, Deasy juga menjadi agen minyak tanah.
Rutinitas itu sudah dia jalani lebih dari lima tahun. Deasy dan suaminya memilih menjadi pengusaha kecil, untuk menopang hidup mereka.
Dari hasil usaha kios, bengkel dan makanan, dan minyak tanah, dia mampu meraup penghasilan per hari, antara Rp 500.000 hingga Rp 600.000.
Keuntungan yang diperoleh itu, membuat dia dan sang suami bisa menyekolahkan putri pertamanya Thereza Elvhany Muda hingga perguruan tinggi.
Termasuk anak kedua Maichel Januar Marthino Muda, yang masih duduk di bangku Kelas VI SD.
Sisa keuntungan lain, digunakan untuk menabung, keperluan sehari-hari, termasuk juga membayar cicilan kredit di Pegadaian Kupang.
Deasy mengaku, dirinya mulai merintis usahanya kios dengan modal Rp 250.000. Kemudian, pada tahun 2015, ia lalu mengajukan pinjaman ke Pegadaian Kupang.
Setelah meminjam uang itulah, usaha dia dan suaminya terus berkembang hingga saat ini.
"Akhirnya, kami dibantu atasi masalah ekonomi tanpa masalah. Ternyata, slogan Pegadaian itu menurut saya benar adanya," ungkap Deasy, kepada Kompas.com di kediamannya, Minggu (27/6/2021).
Deasy awalnya meminjam Rp 8 juta, untuk pengembangan kios.
Karena usahanya terus maju dan cicilan dibayar lancar serta tepat waktu, dia kembali mendapat pinjaman Rp 10 juta hingga yang terakhir sebesar Rp 35 juta.
Untuk pinjaman Rp 35 juta, dia peroleh pada tahun 2020 lalu, langsung dari Pegadaian Pusat.
Proses untuk mendapat pinjaman itu pun, mudah dan cepat, karena dirinya sudah menjadi nasabah yang dipercaya.
Baca juga: Aturan PPKM Mikro Surabaya, SIKM Berlaku, Jam Operasional Usaha Dibatasi
"Saya juga tidak mau pinjam yang banyak-banyak. Artinya, sesuai dengan kemampuan saya," ujar dia.
Selain proses pinjaman yang mudah, bunga yang ditawarkan terbilang kecil yakni 0,5 persen. Pengembalian cicilan kredit dengan pola suku bunga menurun.
"Yang buat saya sangat terbantu, saat terima pinjaman itu utuh dan tidak ada potongan apapun," kata Deasy.
Kondisi itu, lanjut Deasy, membuat dia sebagai pengusaha kecil merasakan langsung manfaat meminjam di pegadaian.
Apalagi saat ini, sedang berlangsung pandemi Covid-19. Tentu sangat memengaruhi usaha yang digelutinya, terutama kios.
Menurut Deasy, sebelum Covid-19, pemasukan dari kios per harinya bisa mencapai Rp 1 juta lebih.
Namun, sejak virus itu masuk ke wilayah NTT, pendapatan kios mulai menurun drastis menjadi Rp 300.000 sampai Rp 400.000 setiap harinya.
Deasy masih beruntung, karena pemasukan dari usahanya yang lain seperti roti, kue, kacang dan minyak tanah tetap stabil.
"Kalau minyak tanah, sehari laku dua drum sehingga untung bersihnya Rp 200.000. Sedangkan kue, roti dan kacang, masing-masing untung Rp 50.000," kata Deasy.
Deasy berharap, Covid-19 bisa segera berakhir, sehingga usaha kiosnya bisa tumbuh kembali dengan baik.
Deasy juga berharap, kerja sama dengan Pegadaian bisa terus berlanjut dan plafon pinjaman bisa terus naik.